Suara.com - Pandemi Covid-19 telah mengubah banyak hal dalam kehidupan termasuk urusan pekerjaan. Kini banyak perusahaan dan profesi yang dapat dilakukan secara hybrid dan tak melulu terpusat di ruangan kantor.
Bahkan menurut studi global yang dilakukan Cisco, pekerjaan hybrid berhasil meningkatkan kesejahteraan karyawan, keseimbangan kehidupan dan pekerjaan, serta kinerja karyawan Indonesia.
Organisasi juga disebut telah memperoleh manfaat dari tingkat produktivitas karyawan yang tinggi, sehingga banyak yang bisa dilakukan untuk membangun budaya inklusif untuk meningkatkan tingkat kesiapan dan meningkatkan pengalaman karyawan.
Dalam studi bertajuk 'Employees are ready for hybrid work, are you?' tersebut menemukan, lebih dari satu dari dua karyawan Indonesia atau sekitar 56 persen percaya bahwa kualitas kerja telah meningkat, dengan 53 persen responden merasa produktivitas mereka meningkat.
Baca Juga: Fazzio Festival Menyapa Lima Kota Besar, Berhadiah Sepeda Motor
Sementara lebih dari tiga perempat atau 77 persen juga merasa pekerjaan mereka dapat dilakukan dengan baik dari jarak jauh seperti di kantor.
Namun, survei terhadap 28.000 karyawan dari 27 negara, termasuk lebih dari 1.050 responden dari Indonesia, mengungkapkan hanya satu dari empat (25 persen) karyawan Indonesia berpikir bahwa perusahaan mereka ‘sangat siap’ untuk pekerjaan hybrid.
"Dalam situasi pekerjaan hybrid, karyawan dan perusahaan di Indonesia merasakan manfaat nyata dari peningkatan kesejahteraan karyawan hingga produktivitas dan kinerja kerja yang lebih baik," kata Managing Director Cisco Indonesia, Marina Kacaribu dikutip dari siaran pers, Rabu (18/5/2022).
Lebih lanjut, Marina mengatakan pekerjaan hybrid lebih dari sekadar mendukung kerja jarak jauh (remote) atau kembali ke kantor dengan aman, melainkan juga upaya untuk menumbuhkan budaya inklusif.
"Pemimpin perusahaan perlu memikirkan cara menumbuhkan budaya inklusif, menempatkan karyawan di pusat, dan memodernisasi jaringan dan infrastruktur keamanan mereka untuk memberikan pengalaman karyawan yang lancar, aman dan inklusif," tambahnya.
Dalam penelitian ini, Cisco mencoba melihat dampak pekerjaan hybrid dalam lima kategori kesejahteraan yaitu kesejahteraan emosional, keuangan, mental, fisik, dan sosial.
Dari situ diketahui bahwa enam dari sepuluh karyawan, atau sekitar 63 persen mengatakan pekerjaan hybrid dan jarak jauh telah meningkatkan berbagai aspek kesejahteraan mereka.
Waktu di luar kantor juga telah meningkatkan keseimbangan kehidupan kerja bagi 75 persen karyawan di Indonesia. Jadwal kerja yang lebih fleksibel (70 persen) dan waktu perjalanan yang berkurang atau hilang secara signifikan (55 persen), berkontribusi pada peningkatan ini.
Baca Juga: Setelah India, Suzuki Ertiga Hybrid Segera Meluncur di Indonesia
Hampir tiga perempat responden (74 persen) menghemat setidaknya empat jam per minggu ketika mereka bekerja dari rumah, dan lebih dari seperempat (34 persen) responden menghemat delapan jam atau lebih dalam seminggu.
Hampir 9 dari 10 (87 persen) responden Indonesia juga mengatakan bahwa kesejahteraan finansial mereka meningkat, dengan rata-rata tabungan mereka mencapai lebih dari USD5.824 (IDR85 juta) per tahun.
Penghematan bahan bakar dan atau perjalanan pulang-pergi yang cukup besar, sebesar 93 persen di antara tiga area teratas mereka untuk penghematan, diikuti oleh penurunan pengeluaran untuk makanan dan hiburan sebesar 79 persen.
Sementara delapan dari sepuluh responden (82 persen) percaya bahwa mereka dapat mempertahankan pengehematan ini dalam jangka panjang, dan 72 persen akan mempertimbangkan penghematan ini ketika mempertimbangkan untuk berganti pekerjaan.
Selain itu, tujuh dari sepuluh (79 persen) responden percaya kebugaran fisik mereka meningkat dengan kerja secara remote, dan 81 persen responden pun mengatakan pekerjaan hybrid berdampak positif pada kebiasaan makan mereka.
Sebagian besar (92 persen) menunjukkan bahwa kerja secara remote telah meningkatkan hubungan keluarga dan setengah (47 persen) responden melaporkan hubungan yang lebih erat dengan teman-teman.