Suara.com - Di Indonesia, ada banyak mitos yang mengaitkan pohon bambu sebagai rumah atau tempat tinggal hantu dan mahluk halus lainnya. Pohon bambu juga dikaitkan dengan hal-hal mistis dan menyeramkan, karena memiliki udara yang dingin dan lembap.
Padahal suhu dingin dan lembap di bawah rimbunnya pohon bambu, bukan disebabkan keberadaan hantu, melainkan karena pohon bambu yang mampu menampung air tanah.
Hal ini diungkap langsung Founder, Yayasan Bambu Lestari Monica Tanuhandaru. Kata Monica, pohon bambu selaiknya tanaman hutan lain, mampu membentuk kanopi yang dapat menutupi masuknya sinar matahari.
"Kalau masuk ke bawah kanopi hutan, pasti dingin tidak hanya bambu, bambu punya kelebihan, karena dia lahannya basah, dia menyerap air dan menyimpan air oleh karena itu lahannya basah," ujar Monica dalam peluncuran Cut the Tosh, Multi Bintang Indonesia, Rabu (18/5/2022).
Baca Juga: Bongkar 5 Mitos Sunscreen yang Jarang Diketahui!
Monica menjelaskan, satu rumpun pohon bambu mampu menampung air tanah hingga 5.000 liter. Tidak aneh saat berada di bawah rimbunnya pohon bambu, akan terkesan sejuk dan menenangkan.
Perempuan yang pernah menjabat sebagai Direktur Eksekutif Partnership for Govermance itu juga mengatakan, secara biologis daun bambu mampu melindungi tanaman yang tidak memerlukan sinar matahari.
Kedepannya, Monica percaya seluruh dunia akan kembali dan berkiblat pada alam. Hal ini terlihat setelah pandemi reda di mana banyak orang berbondong-bondong mencari destinasi alam yang sejuk dan menyenangkan.
"Coba lihat deh, semua orang mau berlibur dan jalan-jalan ke hutan, mau naik gunung gak ada yang mau ke mal," tuturnya.
Namun, Monica menyayangkan saat ini banyak pohon bambu yang ditinggalkan atau tidak dibudidayakan masyarakat Indonesia.
Baca Juga: Kelakuan 12 Zodiak di Wahana Rumah Hantu, Siapa Paling Penakut?
Padahal pohon tersebut mulai diburu dan dibudidayakan di negara maju, karena kerap digunakan sebagai bahan baku utama arsitektur dan bangunan berkelanjutan yang kian menjadi tren.
"Pohon mampu juga kalau ditanam itu, mampu menjaga kebersihan dan menjaga jumlah air di aliran sungai, khususnya aliran sungai di pulau Jawa yang kritis dan sudah krisis air bersih," pungkas Monica.
Ini juga jadi alasan Monica bergabung dalam program Cut the Tosh berama Multi Bintang Indonesia, sebuah program yang tidak hanya membahas masalah lingkungan tapi juga melakukan praktik langsung di lapangan.
"Harapan kami, gerakan ini dapat mendorong upaya kolektif dari para pemantau kepentingan, untuk bersama-sama menciptakan kolaborasi yang bermakna untuk meningkatkan skala dan dampak dari praktik keberlanjutan," ujar Direktur Corporate Affairs Multi Bintang Indonesia, Ika Noviera.