Suara.com - Penggunaan aplikasi kencan untuk mendapatkan pasangan semakin populer. Dari situ, istilah sugar baby dan sugar daddy mencuri perhatian.
Lewat aplikasi, perempuan dan lelaki bertemu di dunia maya sebelum akhirnya menjalin hubungan yang lebih serius. Tentunya setiap orang memiliki kebutuhan akan pasangan yang berbeda-beda. Ada yang mencari cinta sejati, ada juga yang hanya mencari kesenangan sesaat.
Di antara banyaknya pengguna aplikasi kencan online, sugar baby dan sugar daddy bertemu karena memiliki kebutuhan yang sama: kencan eksklusif tanpa ikatan hubungan yang serius.
Angela, seorang mahasiswi tingkat akhir di Indonesia, mengaku baru beberapa bulan menjalani peran sebagai sugar baby. Lewat aplikasi Sugarbook, ia bertemu dengan para lelaki mapan yang ingin menjadi sugar daddy bagi perempuan-perempuan muda.
Baca Juga: Blak-blakan, Lucinta Luna Punya Sugar Daddy di Kuala Lumpur dengan Bayaran Fantastik
Dikatakan Angela, berkencan dengan sugar daddy lebih menyenangkan. Lelaki mapan menurutnya bisa menjadi teman berbincang yang serius sekaligus seru karena memiliki lebih banyak pangalaman hidup, lebih pengertian, serta lebih menghargai privasinya.
“Sementara kalau yang seumuran kan biasanya kebanyakan ngomong doang, privasi juga kurang karena mereka juga masih coba-coba juga kan,” terangnya saat berbincang dengan Suara.com, belum lama ini.
Soal dukungan finansial yang diberikan oleh sugar daddy, Angela menganggapnya sebagai bonus. Sebab, ia tidak mematok biaya khusus untuk dukungan finansial yang diberikan oleh para sugar daddy.
“Aku tidak pernah memasang harga harus dibiayai berapa perbulan, atau kalau kasih gifts (hadiah -red) seharga sekian, tidak harus kencan dengan fancy dinner juga. Yang penting orangnya enak, mengayomi, dan ngobrol nyambung aja,” katanya lagi.
Mengapa Perempuan Muda Tertarik Jadi Sugar Baby?
Angela hanyalah satu dari sekian banyak perempuan muda yang memanfaatkan perkembangan teknologi untuk mencari pasangan kencan yang lebih mapan. Namun menurut pakar psikologi, pemberian hadiah dan pemenuhan gaya hidup bukan satu-satunya alasan perempuan memilih menjadi sugar baby.
Pakar hubungan dari Universitas Haifa Israel, Profesor Aaron Ben-Ze’ev mengatakan keintiman dan romansa yang dijalani bisa memegang peranan penting. Setiap lelaki dengan penghasilan besar bisa menjadi sugar daddy. Namun, tidak semua perempuan muda bisa menjadi sugar baby.
“Di satu sisi, perempuan bersedia menjadi sosok yang diidamkan sang lelaki. Teman mendengar yang baik, partner jalan yang seru, pasangan tidur yang eksotis. Ini adalah pekerjaan yang sulit. Perempuan harus bisa menjadi teman bicara yang setara, dan di saat bersamaan, menjadikan sugar daddy sebagai pusat dunia,” terangnya di laman Psychology Today.
Sementara itu menurut CEO sekaligus Founder Sugarbook, Darren Chan, mengatakan sugar baby merupakan cara perempuan mengambil kendali dalam hubungan mereka, terutama dari sisi finansial. Alih-alih hanya menerima apa yang diberikan pasangan, sugar baby memiliki kendali dalam menentukan apa saja yang diingkannya dalam suatu hubungan, termasuk soal hadiah dan pemberian uang.
Darren menjelaskan bahwa hubungan asmara sejatinya tidak bisa bertahan hanya karena rasa cinta. Di zaman modern, dukungan finansial menjadi faktor utama langgengnya hubungan. Inilah alasan utama Darren mendirikan Sugarbook pada tahun 2016.
“90 Persen hubungan berakhir bukan karena tidak cinta, tapi karena perselingkuhan, yang didasari oleh masalah finansial. Untuk mencegah ini terjadi, kami membuat sugarbook. Prinsipnya, seseorang bisa mencari pasangan ideal berdasarkan kondisi finansial yang diinginkannya,” tutur Darren dalam sesi wawancara eksklusif dengan Suara.com.
Darren menjelaskan bahwa apa yang dilakukan Sugarbook memang bertentangan dengan nilai-nilai tradisional, di mana pasangan mungkin saja baru membicarakan masalah finansial setelah berhubungan kurang lebih satu tahun. Sementara itu dengan Sugarbook, seseorang bisa mendiskusikan masalah finansial bahkan sebelum memulai hubungan.
"Menurut saya, penting memulai hubungan dengan membicarakan kebutuhan finansial terlebih dahulu. Apakah kamu bisa menghidupi saya? Seberapa besar biaya yang harus saya keluarkan untuk menghidupi kamu? Pertanyaan ini seharusnya dilontarkan pada pertemuan pertama saat berkencan," terangnya.
Ia menceritakan salah satu kisah pengguna sugar baby yang berhasil mendapatkan hubungan serius dari Sugarbook. Awalnya, perempuan tersebut mengaku sedih karena pasangan kencannya tidak menunjukkan ketertarikan. Setelah ditelusuri, ternyata lelaki tersebut baru saja kehilangan istrinya. Darren mengatakan ia hanya membutuhkan teman ngobrol dan seseorang untuk menemaninya.
"Kami membagikan kabar tersebut dan si perempuan setuju untuk liburan Bersama. Kabar terakhir, mereka berencana menikah dan kami kehilangan dua orang pengguna, ha ha ha," seloroh Darren.
Sugar Baby dan Tuduhan Prostitusi
Pada pertengahan Februari 2021, Komisi Komunikasi dan Multimedia Malaysia (MCMC) mengklaim bahwa semakin banyak wanita Malaysia, terutama mahasiswa, menawarkan diri mereka di situs aplikasi ini.
MCM dalam pernyataannya di Kuala Lumpur, mengatakan aplikasi internet membuka pintu ke komunikasi yang lebih luas dan lebih terbuka termasuk aktivitas tidak bermoral seperti mengorganisir pesta liar, hubungan terlarang, dan aktivitas ilegal seperti menyediakan layanan prostitusi online.
MCMC dan PDRM akan terus memantau dan menyelidiki aplikasi sugarbook dan akan mengambil tindakan terhadap pengguna dan pemilik platform jika ditemukan melakukan kegiatan yang melanggar hukum negara ini.
Lalu, apa kata Darren soal tuduhan prostitusi ini? Kepada Suara.com, ia menyebut bisnis yang dikembangkannya pasti mengundang kontroversi. Sebab seperti sudah disebutkan sebelumnya, Sugarbook mengubah sudut pandang tentang kencan dan hubungan finansial. Ia dengan tegas menolak klaim terkait prostitusi.
"Orang-orang beranggapan bahwa kami adalah situs yang menyediakan jasa prostitusi, padahal aslinya tidak demikian. Sugar baby dan pekerja seks adalah dua hal jauh berbeda. Perbedaan mendasar terletak pada mengapa mereka melakukannya," terangnya.
Darren mengatakan tidak ada perempuan yang ingin menjadi pekerja seks. Mereka melakukannya karena terpaksa untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pekerjaan itu mengharuskan mereka melayani para pelanggan secara transaksional.
Di Sugarbook, transaksi seks tidak diperkenankan. Fitur livestream yang dimiliki hanya mempertemukan calon Sugar Baby dengan calon Sugar Daddy untuk berbincang. Jika ketahuan ada konten vulgar yang dipertontonkan, status pengguna akan dinonaktifkan dan diblokir.
Darren menjelaskan sebagai sugar baby, para perempuan dengan sengaja dan sadar memilih berkencan dengan lelaki yang lebih tua dan mapan. Tidak semua sugar baby melakukannya karena uang. Darren menyebut ada kelompok sugar baby yang berasal dari keluarga kaya.
"Memiliki sugar daddy, yang memiliki profesi penting seperti dokter, pengusaha, atau bahkan CEO, adalah cara mendapatkan status sosial. Sugar baby memiliki kendali atas hubungan yang mereka inginkan. Inilah yang kami inginkan dari aplikasi ini," tutupnya.