Darren menjelaskan bahwa apa yang dilakukan Sugarbook memang bertentangan dengan nilai-nilai tradisional, di mana pasangan mungkin saja baru membicarakan masalah finansial setelah berhubungan kurang lebih satu tahun. Sementara itu dengan Sugarbook, seseorang bisa mendiskusikan masalah finansial bahkan sebelum memulai hubungan.
"Menurut saya, penting memulai hubungan dengan membicarakan kebutuhan finansial terlebih dahulu. Apakah kamu bisa menghidupi saya? Seberapa besar biaya yang harus saya keluarkan untuk menghidupi kamu? Pertanyaan ini seharusnya dilontarkan pada pertemuan pertama saat berkencan," terangnya.
Ia menceritakan salah satu kisah pengguna sugar baby yang berhasil mendapatkan hubungan serius dari Sugarbook. Awalnya, perempuan tersebut mengaku sedih karena pasangan kencannya tidak menunjukkan ketertarikan. Setelah ditelusuri, ternyata lelaki tersebut baru saja kehilangan istrinya. Darren mengatakan ia hanya membutuhkan teman ngobrol dan seseorang untuk menemaninya.
"Kami membagikan kabar tersebut dan si perempuan setuju untuk liburan Bersama. Kabar terakhir, mereka berencana menikah dan kami kehilangan dua orang pengguna, ha ha ha," seloroh Darren.
Baca Juga: Blak-blakan, Lucinta Luna Punya Sugar Daddy di Kuala Lumpur dengan Bayaran Fantastik
Sugar Baby dan Tuduhan Prostitusi
Pada pertengahan Februari 2021, Komisi Komunikasi dan Multimedia Malaysia (MCMC) mengklaim bahwa semakin banyak wanita Malaysia, terutama mahasiswa, menawarkan diri mereka di situs aplikasi ini.
MCM dalam pernyataannya di Kuala Lumpur, mengatakan aplikasi internet membuka pintu ke komunikasi yang lebih luas dan lebih terbuka termasuk aktivitas tidak bermoral seperti mengorganisir pesta liar, hubungan terlarang, dan aktivitas ilegal seperti menyediakan layanan prostitusi online.
MCMC dan PDRM akan terus memantau dan menyelidiki aplikasi sugarbook dan akan mengambil tindakan terhadap pengguna dan pemilik platform jika ditemukan melakukan kegiatan yang melanggar hukum negara ini.
Lalu, apa kata Darren soal tuduhan prostitusi ini? Kepada Suara.com, ia menyebut bisnis yang dikembangkannya pasti mengundang kontroversi. Sebab seperti sudah disebutkan sebelumnya, Sugarbook mengubah sudut pandang tentang kencan dan hubungan finansial. Ia dengan tegas menolak klaim terkait prostitusi.
"Orang-orang beranggapan bahwa kami adalah situs yang menyediakan jasa prostitusi, padahal aslinya tidak demikian. Sugar baby dan pekerja seks adalah dua hal jauh berbeda. Perbedaan mendasar terletak pada mengapa mereka melakukannya," terangnya.
Darren mengatakan tidak ada perempuan yang ingin menjadi pekerja seks. Mereka melakukannya karena terpaksa untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pekerjaan itu mengharuskan mereka melayani para pelanggan secara transaksional.
Di Sugarbook, transaksi seks tidak diperkenankan. Fitur livestream yang dimiliki hanya mempertemukan calon Sugar Baby dengan calon Sugar Daddy untuk berbincang. Jika ketahuan ada konten vulgar yang dipertontonkan, status pengguna akan dinonaktifkan dan diblokir.
Darren menjelaskan sebagai sugar baby, para perempuan dengan sengaja dan sadar memilih berkencan dengan lelaki yang lebih tua dan mapan. Tidak semua sugar baby melakukannya karena uang. Darren menyebut ada kelompok sugar baby yang berasal dari keluarga kaya.
"Memiliki sugar daddy, yang memiliki profesi penting seperti dokter, pengusaha, atau bahkan CEO, adalah cara mendapatkan status sosial. Sugar baby memiliki kendali atas hubungan yang mereka inginkan. Inilah yang kami inginkan dari aplikasi ini," tutupnya.