Jadi Sajian Khas Lebaran, Ini Sejarah Ketupat dan Makna Filosofinya

Sabtu, 30 April 2022 | 11:35 WIB
Jadi Sajian Khas Lebaran, Ini Sejarah Ketupat dan Makna Filosofinya
ilustrasi ketupat (Unsplash.com)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sajian ketupat saat lebaran sudah menjadi tradisi dan khas setiap tahunnya di Indonesia. Terdiri dari nasi yang dipadatkan dibungkus dengan daun kelapa.

Lalu yang jadi pertanyaan, bagaimana asal mula ketupat jadi makanan khas lebaran?

Mengutip Ruang Guru, Sabtu (30/4/2022) dalam Malay Annual, karya tulis Hermanus Johannes de Graaf, Sejarawan Belanda mengungkap ketupat pertama kali muncul di Tanah Jawa pada abad ke-15, masa pemerintahan Kerajaan Demak.

Kala itu, Sunan Kalijaga memperkenalkan ketupat untuk berdakwah menyebarkan agama Islam ke Tanah Jawa, yang disebut sulit karena masyarakat Jawa sudah punya sistem kepercayaan Kejawen.

Baca Juga: Sebelum Mudik, Lakukan Tips Ini saat Meninggalkan Mobil di Rumah

Hasilnya Sunan Kalijaga menggunakan budaya untuk menyebarkan islam, salah satunya ketupat yang akhirnya menyebar luas dan diterima masyarakat, dan memeluk islam.

Warga membeli kulit ketupat  di Pasar Palmerah, Jakarta Pusat, Minggu (18/7/2021). [Suara.com/Alfian Winanto]
Warga membeli kulit ketupat di Pasar Palmerah, Jakarta Pusat, Minggu (18/7/2021). [Suara.com/Alfian Winanto]

Makna Ketupat

Makna daun kelapa muda yang kerap digunakan sebagai janur, memiliki kepanjangan jannah nur atau cahaya surga.

Selain itu janur juga dianggap kepanjangan dari jatining nur, yang dalam bahasa Jawa artinya hati nurani.

Sehingga filosofinya saat lebaran, harus membersihkan hati dari hal negatif sehingga bisa kembali ke fitri, kembali suci dengan saling memaafkan.

Baca Juga: 30 Ucapan Idul Fitri 2022 Menyentuh Hati, Cocok Dibagikan di Media Sosial WA, IG atau Facebook

Pembuatan ketupat dianyam dengan rumit juga punya makna tersendiri. Kerumitan anyaman ketupat menggambarkan keragaman masyarakat Jawa yang harus dilekatkan dengan tali silaturahmi. Sementara itu, beras dimaknai sebagai nafsu duniawi.

Lalu bentuk segiempat menggambarkan prinsip kiblat papat, limo pancer atau empat arah satu pusat, yang berarti ke mana pun manusia melangkah, pasti akan kembali pada Allah.

Bentuk dengan empat sisi melambangkan empat macam nafsu dasar manusia, yaitu amarah (emosi), lawwamah (lapar dan haus), sufiah (nafsu untuk memiliki sesuatu yang bagus atau indah), dan mutmainah (memaksa diri).

Keempat nafsu dasar ini dikendalikan saat puasa. Dengan memakan ketupat saat lebaran, seseorang sudah dianggap mampu menahan nafsunya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI