Sayang, ia tidak bisa menyelesaikan sekolah, karena sakit. Namun kemahirannya menulis, dan menuangkan sikap anti kolonial dalam tulisannya, ia pernah diasingkan ke Belanda karena tulisannya.
Setelah kembali pada September 1919, ia kembali melakukan perlawanannya melalui tulisan-tulisannya sampai orasinya, dan kembali dipenjara.
Tepat 3 Juli 1922, Ki Hajar mendirikan Lembaga Pendidikan Nasional Taman Siswa. Sekolah ini didirikan khusus bagi rakyat pribumi.
Ki Hajar sadar bahwa pendidikan adalah senjata yang paling tajam untuk melakukan perlawanan terhadap penjajahan.
Menurutnya, jika bangsa Indonesia cerdas maka tidak akan lagi mudah dibodohi oleh bangsa kolonial Belanda.
Taman Siswa ini benar-benar independen, Ki Hajar tidak sudi menerima subsidi dari pemerintah kolonial Belanda.