Suara.com - Masyarakat miskin dan kelompok rentan merupakan kelompok yang menanggung dampak lebih berat dari pandemi. Mereka seringkali mengalami kesulitan dalam pemulihan akibat pandemi.
Namun, Staf Ahli Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bidang Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan, Vivi Yulaswati, mengatakan bahwa dampak pandemi Covid-19 tidak hanya dirasakan oleh masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah. Melainkan juga masyarakat dengan dampak pendidikan tinggi.
"Jadi bukan hanya pendidikan lebih rendah yang tedampak, Covid--19 juga memberi dampak ke pendidikan yang lebih tinggi sampai univesritas pun mengalami pengangguran," ujar sebuah Diskusi Tripartit: Strategi Pemulihan Inklusif di Masa Pandemi Covid-19 baru-baru.
Ia juga mengatakan bahwa terjadi pergeseran komposisi tenaga kerja dari sektor tersier (jasa) ke sektor primer (pertanian dan pertambangan), yang diindikasikan dengan perubahan komposisi tenaga kerjanya.
Baca Juga: 5 Dampak Positif yang Makin Bisa Dirasakan Pasca Munculnya Pandemi COVID-19
Hal ini terjadi karena sektor primer relatif less contact-intensive dan informasi dibandingkan sektor jasa, sehingga tetap bisa berjalan dan adaptif dengan perubahan aturan yang dinamis di masa pandemi.
Oleh karena itu, sebanyak 1,7 juta Dollar AS telah dialokasikan oleh Dana Tanggap dan Pemulihan Covid-19 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke Indonesia untuk melindungi masyarakat miskin dan kelompok rentan serta menawarkan solusi masa depan yang lebih berkelanjutan dan lebih inklusif untuk semua.
Empat badan PBB yaitu ILO, UNAIDS, UNDP dan UNHCR bersinergi dalam proyek “Employment and Livelihood” selama lebih dari satu tahun terakhir untuk memberikan dukungan kepada penerima manfaat melalui tiga cara: mendukung pelatihan kewirausahaan dan pengembangan usaha; memberikan pengembangan keterampilan untuk meningkatkan penghasilan; dan mempromosikan pasar tenaga kerja yang setara dan inklusif, serta bebas dari diskriminasi.
“PBB menetapkan target sangat tinggi dalam hal bagaimana kami memberikan pelayanan kepada masyarakat Indonesia,” kata kata Valerie.
Dalam membangun tempat kerja yang inklusif terutama mengarusutamaan kesetaraan gender, program ini telah membangun kemampuan kewirausahaan dan berbagai keterampilan bagi lebih dari 4000 perempuan dan kelompok rentan lainnya, termasuk mereka yang tinggal di daerah tertinggal.
Baca Juga: Ini Kunci Bagi UMKM Untuk Bisa Memangkas dan Mempercepat Distribusi Barang
Setidaknya 6.000 sumber daya manusia (SDM), aparatur sipil negara (ASN), serta mitra sosial turut terlibat dalam pelaksaan proyek – yang juga turut berkontribusi pada capaian tujuan pembangunan keberlanjutan (TPB), khususnya dalam hal kesetaraan gender dan prinsip pemulihan ekonomi.
Dampak kesenjangan keterampilan pada pasar tenaga kerja akibat Covid-19 mendorong proyek untuk mempererat kolaborasi antara pemerintah, pekerja dan pengusaha mempercepat tindakan pemulihan ekonomi secara inklusif.
Michiko Miyamoto, Direktur ILO untuk Indonesia dan Timor Leste mengatakan bahwa proyek singkat ini telah mencapai sebagian besar target bahkan melampauinya. “Bootcamp bagi perusahaan rintisan telah diikuti oleh 98 start-ups. Pelatihan kewirausahaan secara daring juga berhasil menjangkau 1634 UMKM untuk pelatihan rencana bisnis dalam pengembangan produk dan jaringan,” tambah Michiko..