Suara.com - Tunjangan Hari Raya atau THR umumnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan saat lebaran. Tapi, apa iya harus langsung dihabiskan untuk perayaan hari raya?
Sebetulnya tidak juga. Menurut analis sekuritas Dani Rachmat, THR sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki kondisi keuangan. Sehingga dalam penggunaannya harus dengan memprioritaskan kebutuhan daripada keinginan.
"Pertama harus diprioritaskan keamanan keuangan, jangan sampai bablas saja. Bahkan dipakai sebelum terima uangnya. Ini sering banget terjadi, ganti gadget dan sebagainya (pakai kartu kredit), nanti bayarnya pakai THR," kata Dani dalam webinar bersama Bank Jago dan Campaign.com, Rabu (13/4/2022).
Sama seperti mengatur keuangan di hari biaya, alokasi dana THR juga sebaiknya dibagi menjadi beberapa pos kebutuhan. Saran Dani, prioritas pertama digunakan untuk membayar utang sebesar 30 persen dari uang THR. Jumlah tersebut mengikuti proporsi standar penggunaan utang dari penghasilan.
Baca Juga: Antisipasi 36,5 Juta Pemudik, Ini Skenario Pemprov Jawa Tengah Hadapi Lebaran 2022
"Terutama kalau ada utang konsumtif yang bunganya tinggi, misalnya pinjol atau kartu kredit, itu harus dilunasi. Misalnya nanti sudah terbayar, jangan lagi pinjam. Gunakan momentum THR itu untuk terlepas dari utang konsumtif," pesannya.
Apabila tidak memiliki utang, uang tersebut bisa dipakai untuk memperbesar investasi atau menambah kebutuhan lebaran.
Pos khusus untuk kebutuhan lebaran sendiri, Dani menyarankan sebesar 40 persen dari THR. Ia mengingatkan untuk membagi lagi pos pengeluaran khusus lebaran. Misalnya, tiket mudik, untuk menyiapkan makanan, zakat, angpao untuk anak-anak, maupun memberi orangtua.
Kemudian, 20 persen lainnya digunakan untuk investasi. Terpenting, lanjut Dani, amankan dulu tabungan dana darurat. Apabila dana darurat telah cukup, dengan minimal 3 bulan pengeluaran bagi yang belum menikah, maka alokasi tersebut bisa digunakan untuk investasi dengan tujuan keuangan lain.
"Selain itu, kalau kita punya orang-orang yang bergantung dengan kita, paling tidak harus punya asuransi. Minimal asuransi kesehatan," ujarnya.
Baca Juga: Daftar Hukuman untuk Pengusaha Tak Bayar THR Lebaran Buruh
Sisa 10 persen lainnya baru boleh dihabiskan untuk belanja apapun. Saran Dani, sebaiknya pos pengeluaran ini menjadi yang terakhir digunakan karena sifatnya bukan lagi kebutuhan, tapi keinginan.
"Kalau sekarang justru kebalik, investasi menunggu ada sisa. Kalau saya lebih suka begitu dapat uang, investasi dulu, dipakai untuk kebutuhan, baru kemudian kalau ada sisa dipakai untuk belanja," pungkasnya.