Suara.com - Mimpi merupakan pondasi untuk bisa meraih kesuksesan. Itulah yang dipercayai oleh Iwan Sunito, CEO dan Chairman Crown Group, salah satu perusahaan properti terbesar di Australia.
Iwan mengatakan mimpi adalah bensin yang menggerakkan dirinya hingga bisa sampai di posisi saat ini. Hal itu dikatannya saat menggambarkan perjalanan Crown Group yang sudah berjalan selama 26 tahun.
"Ketika kami dikatakan sebagai salah satu perusahaan pengembang swasta terbesar di Australia dengan nilai pengembangan proyek sebesar Rp 50 triliun, seketika kami semua terjaga dari mimpi kami," terangnya dalam siaran pers yang diterima Suara.com.
Bukan tanpa maksud dia berkata demikian. Crown Group memang tumbuh dari dasar. Bahkan nilai proyek awalnya di tahun 1996 hanya sebesar Rp 280 miliar. Iwan mengaku sungguh tak terpikir dan terbayang Crown akan bisa bertumbuh secara eksponensial jika membandingkan capaian sekarang dengan kondisi dua dekade sebelumnya.
Baca Juga: Profil Ponirin Meka, Kiper Legendaris Timnas Indonesia dan PSMS yang Meninggal Dunia
Menengok kembali ke belakang, Iwan mengungkap pada akhirnya dia menyadari bahwa meskipun dirinya tidak pernah memimpikan berada di posisi saat ini, namun adalah mimpi yang mendorongnya terus berkarya lebih baik dari waktu ke waktu, yang pada gilirannya mendorong Crown Group melesat tanpa batas (without borders).
Bicara tentang mimpi, Iwan mengakui hal tersebut berjalan secara evolutif. Saat menghabiskan masa kecilnya di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, dia sama sekali belum memiliki mimpi apa-apa. Bahkan mengerti apa itu mimpi pun tidak. Begitu pun ketika masa remajanya dilakoni di Surabaya. “Hanya satu yang saya ketahui, saya suka menggambar. Dan kecintaan saya akan mengambarlah yang menuntun saya menemukan mimpi. Mimpi yang sesuai dengan passion saya. Mimpi untuk membuat bangunan yang lebih baik, lebih cantik, bahkan menjadi tengara baru di area sekitarnya.”
Perjalanan Crown Group hingga menapak ke posisi sekarang, sebagai salah satu pengembang paling sukses di Australia tentu tidaklah mudah. Dibutuhkan persistensi, konsistensi, dan perseverance (daya tahan) untuk mengatasi hambatan yang ada. Namun itu semua (persistensi, dst) muncul karena Crown Group sendiri punya mimpi untuk membuat hal-hal besar dan hebat. Iwan sendiri mengaku belajar dari orang-orang hebat tentang arti mimpi.
"Jika dulu our founding fathers, Soekarno, Hatta, Soepomo, Tan Malaka, Mohammad Yamin, Ki Hadjar Dewantara, Sutan Sjahrir tidak bermimpi untuk kemerdekaan Indonesia, mungkin kita tidak pernah bisa merdeka hingga detik ini. Apabila Harley & Davidson, Guglielmo Marconi, atau Henry Ford tidak mengejar mimpi mereka, kita tidak akan pernah mengenal motor, radio dan mobil," tambahnya.
Tentu saja tak pernah ada mimpi yang berjalan mulus. Crown Group ikut terdampak hantaman krisis Asia 1998, resesi properti negara bagian New South Wales (2004), dan Global Financial Crisis (2008), merupakan ombak besar yang siap menggulung Crown pada saat itu.
Baca Juga: Profil Kritsada Wongkaeo, Kapten Thailand yang Pernah Main di Liga Futsal Indonesia
“Saat ini saya bisa tersenyum setiap teringat hantaman krisis tersebut, meskipun pada saat terjadi, yah... panas dingin juga rasanya, ha... ha... ha... Namun pada akhirnya, kami mampu bertahan, dan adalah kekuatan mimpi yang membuat kami bertahan,” Iwan menjelaskan penuh senyum.
Dengan keberhasilan yang sudah dicapai Crown Group, Iwan mengaku belum berhenti bermimpi besar. Mimpinya berikutnya adalah mengembangkan jaringan hotel SKYE Suites yang didirikan pada tahun 2017, dengan menambah 7 lokasi baru.
Saat ini SKYE Suites berlokasi di Parramata, CBD Sydney, dan Green Square, dan dalam kurun waktu 5 tahun ke depan Iwan Sunito berharap SKYE Suites akan berada di 10 lokasi. “Bukan saja kota-kota besar di Australia, tidak menutup kemungkinan SKYE Suites akan hadir di kota-kota besar di Indonesia,” ujarnya antusias.
Mimpi besar lainnya adalah dalam waktu dekat meluncurkan platform baru, OneResidence and Resorts. Brand ini akan mengkhususkan diri pada pengembangan resor dan residensial di lokasi yang sama.
"Saya tidak pernah bermimpi menjadi yang salah satu yang terbesar. Saya hanya ingin menjadi yang terbaik dari apa yang saya bisa lakukan. Apakah mungkin kita mengejar mimpi kita? Passion kita? Anything is possible! Apakah mudah? Tidak ada yang mudah. Namun saya percaya bahwa usaha tidak akan pernah membohongi hasil. Dan terakhir, satu hal yang perlu diyakini bersama, tidak semua terlahir dengan privilese, namun semua orang berhak untuk memiliki dan menjalani mimpi," tutup Iwan.