Suara.com - Bulan Ramadhan, konsumsi masyarakat Indonesia umumnya meningkat. Tak hanya untuk kebutuhan puasa, tapi juga persiapan lebaran. Ditambah dengan kehadiran THR (Tunjangan Hari Raya), yang membuat daya beli masyarakat ikut terdongkrak.
Ketua Umum Asosiasi E-commerce Indonesia (idEa) Bima Laga pun menyarankan agar masyarakat lebih memilih produk lokal ketika belanja di bulan Ramadhan ini. Ia memberi tiga alasan mengapa membeli produk lokal selama bulan Ramadhan adalah hal yang tepat.
"Pertama, kita membantu perekonomian dalam negeri," kata Bima saat ditemui di Jakarta, Senin (4/4/2022), dikutip dari Antara.
Alasan kedua, produk buatan lokal tidak kalah kualitasnya dengan produk buatan mancanegara.
Baca Juga: Puasa Ramadhan Dapat Menjadi Tameng dari Siksa Api Neraka
Dan terakhir, ketika berbelanja produk lokal di lokapasar, konsumen bisa memanfaatkan promosi seperti gratis ongkos kirim atau diskon uang kembali (cashback).
idEa merasa optimistis ekonomi digital Indonesia terus bertumbuh pada bulan Ramadhan tahun ini, apalagi pandemi virus corona menunjukkan tanda melandai belakangan ini.
Transaksi di platform dagang digital, menurut Bima, cenderung tinggi ketika bulan puasa. Salah satu pemicunya adalah THR yang menyebabkan daya beli masyarakat meningkat. Selain itu, platform dagang digital biasanya memberikan promosi menjelang hari raya.
idEa mengatakan ekonomi digital tahun lalu ditaksir berjumlah sekitar Rp 401 triliun, pertumbuhannya di atas 40 persen. Tahun ini, menurut Bima, ekonomi digital diperkirakan menyentuh angka Rp 526 triliun atau tumbuh di atas 30 persen secara year-on-year.
Asosiasi merasa optimistis dengan pertumbuhan tersebut, apalagi platform e-commerce biasanya mengadakan program promosi untuk mendongkrak penjualan.
Baca Juga: Ada THR dan Gaji Ke-13, Perekonomian Indonesia Kuartal II Diprediksi Tembus5Persen
Di samping promosi dari penyelenggara sistem elektronik, Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia yang diluncurkan sejak awal pandemi 2020 mampu menarik pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) untuk masuk platform digital.
Laporan terbaru idEa, saat ini ada 9,9 juta UMKM yang masuk ke ekosistem digital melalui GBBI. Angka tersebut didapat pada periode Mei 2020 sampai Februari 2022.
Total UMKM yang sudah masuk ke platform digital, yang berada di bawah idEa, berjumlah sekitar 19 juta. Pemerintah pun merencanakan akan ada 30 juta UMKM yang masuk platform digital sampai tahun 2024 nanti. Itu artinya, masih ada sekitar 11 juta UMKM untuk memenuhi target tersebut.