Suara.com - Pertumbuhan ruang digital membuka banyak kesempatan bagi pekerja kreatif dalam membuat karya. Tapi di sisi lain, terbukanya akses ruang digital bagi setiap orang juga menghadirkan berbagai tantangan termasuk penyebaran narasi intoleransi dan ekstremisme kekerasan.
Menyikapi hal tersebut, Wahid Foundation meluncurkan kampanye toleransi dan perdamaian dengan menonjolkan praktik-praktik baik dalam kehidupan bermasyarakat.
Kampanye tersebut diberi tajuk Salam Forum dengan melibatkan 10 content creator dari kalangan tokoh publik, agama, media moderat, hingga aktivis perempuan. Aksi tersebut dilakukan Wahid Foundation dengan menggandeng Google/YouTube dan UNDP Bangkok Regional Hub dalam melindungi masyarakat khususnya anak muda di Indonesia dari konten berbahaya.
"Nantinya, video hasil kolaborasi dengan 10 content creator ini akan dapat di akses melalui kanal youtube oleh masyarakat di seluruh Indonesia," kata Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid dalam konferensi pers di Theatre Djakarta, Jumat (1/4/2022).
Upaya pencegahan intoleransi dan ujaran kebencian memang telah dilakukan pemerintah. Meski begitu, menurut Head of Government Affairs YouTube Indonesia dan Frontier Asia Selatan Danny Ardianto, upaya pencegahan intoleransi dan ekstremisme tidak bisa hanya terbatas melalui pengembangan teknologi.
Namun juga perlu adanya pemberdayaan masyarakat melalui literasi digital.
“Melalui Salam Forum, kami mendorong para kreator konten untuk aktif menyuarakan pesan perdamaian dan toleransi di tengah keberagaman masyarakat Indonesia," ujarnya.
Video perdamaian hasil kolaborasi 10 content creator itu menghasilkan 10 video yang bertemakan perdamaian. Masing-masing konten berdurasi sekitar 4-8 menit. Video juga dilengkapi dengan toolkit yang berisi informasi tentang 7 langkah jitu untuk menyebarkan konten toleransi di media sosial.
Baca Juga: Eratkan Silaturahmi Jelang Ramadhan, Warga Sumedang Gelar Tradisi Gembrong Liwet