Suara.com - Mengerjakan apapun tentulah harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Tapi, jika kamu menuntut segala sesuatunya harus sempurna dan tak menoleransi adanya kesalahan sedikit pun, bisa jadi kamu adalah orang perfeksionis.
Meski tak ada salahnya menjadi perfeksionis, tapi kamu harus tahu bahwa orang tipe ini sangatlah rentan mengalami depresi dan frustasi saat menghadapi kegagalan.
“Kalau terus-terusan begini, ini bisa berdampak bagi mentalnya. Mulai dari depresi dan cemas. Ketika sudah terkena gangguan mental, untuk care sama orang lain akan susah,” ungkap Psikolog Klinis & Co-Founder Deep Small Talk, Nadia Felicia, dalam acara Techminar ‘Know Your Limit and Avoid Burn Out’, beberapa waktu yang lalu.
Seseorang yang punya ambisi berlebihan, biasanya karena memiliki idealisme yang tinggi. Inilah yang kemudian mendorong dirinya untuk mengerjakkan sesuatu harus sempurna alias perfect.
Baca Juga: 5 Tanda Tersembunyi Bahwa Kamu Kesepian
“Ada pola pikir tertentu yang salah, misalnya harus perfect dan nggak boleh salah kalau mengerjakkan sesuatu. Padahal, salah itu juga merupakan proses belajar,” ungkap Nadia lebih lanjut.
Jika kamu termasuk orang yang punya ambisi berlebihan dan perfeksionis, Nadia menyarankan agar kamu menganalisis kembali pemikiranmu. Salah satunya dengan mengidentifikasi masalah, apakah masalahnya besar atau justru sepele.
“Kita identifikasi pemikiran salah kita, apakah kalau kita salah itu sama saja bodoh? Padahal bisa saja masalahnya begitu aja, bahkan minor,” kata Nadia.
“Selain itu, kita perlu cek bukti pikiran kita, apakah benar atau salah? Kalau kita melakukan kesalahan A, apakah itu disebut bodoh? Tidak, kita harus definisikan dulu apa artinya bodoh. Jadi kita harus lebih objektif dan ambil jarak dulu,” demikian sarannya.