Suara.com - Saat mengunjungi daerah dataran tinggi, kita pasti akan menemukan jalan yang dibuat berkelok-kelok. Begitu pula dengan jalur pendakian gunung.
Biasanya, arah ke puncak gunung dibuat agak memutar agar jalur tidak terlalu berat saat didaki. Lintasan yang meliuk-liuk itu pada dasarnya mengikuti prinsip bidang miring, dalam ilmu fisika, lho.
Dikutip dari Ruang Guru, secara definisi, bidang miring adalah suatu lintasan yang memiliki kemiringan tertentu dan membentuk sudut terhadap permukaan mendatarnya.
Prinsipnya, gaya akan berbanding lurus dengan tinggi bidang miring. Semakin landai bidang miring tersebut, maka gaya yang dikerjakan akan semakin kecil.
Baca Juga: Kepala BMKG: Es di Puncak Gunung Jayawijaya Papua 2025 Akan Punah!
Sebaliknya, semakin curam bidang miring, maka gaya yang dikerjakan akan semakin besar. Konsep bidang miring juga banyak diterapkan dalam kegiatan manusia.
Contohnya, pada pembuatan tangga yang bertingkat-tingkat atau berkelok-kelok, pembuatan jalan yang meliuk-liuk di daerah pegunungan, penggunaan papan yang dimiringkan saat ingin menaikkan atau menurunkan beban yang berat, dan sebagainya.
Selain itu, prinsip bidang miring juga banyak diterapkan di berbagai alat dapur dan perkakas. Seperti pisau, kapak, paku, alat pahat kayu, cutter, ulir pada sekrup, ujung pada obeng, dan sebagainya.
Manfaat dari prinsip bidang miring tersebut tidak lain untuk meringankan beban kerja manusia.
Misalnya, pada pembuatan jalan yang meliuk-liuk di area pegunungan, itu bertujuan untuk meringankan beban yang dilalui oleh kendaraan yang sedang melaju.
Baca Juga: Sambut Hari Hutan Sedunia, Yuk Jalan-Jalan ke Hutan Situ Gunung