Suara.com - Tanah adalah sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui, sehingga menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah jadi solusi untuk mencegah terjadinya bencana alam di Indonesia.
Hal ini dibenarkan Ilmuwan Bidang Microbiology dan Agroecology Dr. Nico Wanandy, bahwa dengan meningkatkan kandungan karbon organik dalam tanah, minimal 0,4 persen setiap tahunnya bisa mengurangi bencana alam.
"Seperti banjir, kekeringan, dan badai. Jadi secara holistik, pembangunan berkelanjutan, transisi energi bersih, soal pangan dan ketersedian air, semua kembali ke tanah," ujar Dr. Nico melalui siaran pers gerakan #SaveSoil dari Conscious Planet, Selasa (22/3/2022).
Dr. Nico yang juga peneliti asal Indonesia dari University of New South Wales Sydney, School of Biotechnology and Biomolecular Science itu menjelaskan kandungan 1 persen karbon organik dalam tanah bisa menampung air hingga 180.000 galon per hektar.
Baca Juga: BNPB Catat Selama 2022 Ini Sudah 65 Korban Jiwa Tewas dalam Berbagai Bencana di Indonesia
"Apalagi air yang tersimpan di dalam tanah merupakan sumber dari 90 persen produksi pertanian dunia, dan menyumbangkan tidak kurang dari 65 persen kebutuhan air bagi manusia khususnya," ungkap Dr. Nico.
Selain itu, Dr. Nico juga mengungkap bahwa kesuburan tanah bisa menentukan pembangunan keberlanjutan Sustainable Development Goals (SDGs), karena perannya sangat vital untuk petani dan DNA Indonesia sebagai negara agraris, dengan kekayaan alamnya.
“Di India, penghasilan petani sempat di bawah rata-rata, lalu pemerintahnya menggalakkan praktik agrikultur yang mempromosikan kesehatan tanah, dan hasilnya penghasilan petani meningkat 230 persen,” jelas Dr. Nico.
Hal ini juga dibenarkan Dewan Pertimbangan Kadin, Melli Darsa yang membenarkan bahwa kini dan di masa yang akan datang, dunia semakin mengimbangi dan mendukung prinsip ekologi.
"Kondisi tanah secara langsung mempengaruhi ketersediaan pangan. Dan ini sejalan dengan SDGs Goal 2, yaitu Zero Hunger. Saya rasa ini isu yang amat penting dan langsung menyentuh bagi masyarakat," timpal Melli.
Sekedar informasi, Food and Agriculture Organisasi (FAO) mengatakan bahwa kerusakan tanah dan perubahan iklim bisa menyebabkan penurunan produksi pertanian hingga 50 persen di beberapa wilayah.
Baca Juga: Duh! Satu Hari 16 Kejadian, Wonosobo Dihantam Banjir Bandang dan Tanah Longsor
Termasuk status kesuburan tanah di Amerika Serikat sudah kehilangan top soil (lapisan tanah atas) sebanyak 50 persen.
Kemudian 75 persen hingga 85 persen tanah pertanian di Eropa hanya memiliki 2 persen kandungan organik. Sedangkan tanah pertanian di Indonesia hanya memiliki 0,5 persen kandungan organik.