Hari Hutan Internasional, FAO Ajak Masyarakat Peduli Hutan dan Lingkungan

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Senin, 21 Maret 2022 | 18:07 WIB
Hari Hutan Internasional, FAO Ajak Masyarakat Peduli Hutan dan Lingkungan
Ilustrasi hutan adat. Foto menunjukkan hutan adat Desa Guguk yang dijaga dan dikelola masyarakat secara baik. FOTO ANTARA/HO/Warsi
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hari Hutan Internasional yang jatuh pada tanggal 21 Maret menjadi momen tepat untuk mengampanyekan kepedulian terhadap hutan dan linkungan, demi mencegah krisis iklim.

Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) mengatakan dari hutan, segala kebutuhan manusia bisa didapatkan. Daun dan tanaman herbal sebagai obat penyakit serta kayu untuk membangun rumah berasal dari hutan.

Untuk itu, tema Hari Hutan Internasional tahun ini pun mengangkat isu perlindungan hutan dari keserakahan manusia. Dengan tema "Hutan dan Produksi - Konsumsi Berkelanjutan" diharapkan bisa membuat pengelolaan sumber daya hutan menjadi lebih baik dan bisa membantu memerangi perubahan iklim.

"Sangat penting untuk memproduksi dan mengkonsumsi kayu dengan cara yang lebih ramah lingkungan bagi bumi dan penghuninya. Mari kita lindungi sumber daya yang mudah diperbarui ini dengan pengelolaan hutan yang berkelanjutan," ujar Rajendra Aryal, Kepala Perwakilan FAO di Indonesia, dalam siaran pers yang diterima Suara.com.

Baca Juga: Pimpin Sidang Majelis IPU, Puan Maharani Ajak Parlemen Dunia Lakukan Aksi Nyata Atasi Perubahan Iklim

Ilustrasi hutan tropis. [pixabay]
Ilustrasi hutan tropis. [pixabay]

Pengelolaan hutan yang lestari juga berkontribusi pada kemakmuran dan kesejahteraan untuk generasi sekarang dan masa depan. Hutan memainkan peran penting dalam pengentasan kemiskinan dan dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

Namun terlepas dari semua manfaat ekologi, ekonomi, sosial dan kesehatan yang tak ternilai ini, deforestasi global terus berlanjut pada tingkat yang mengkhawatirkan. Dunia kehilangan 10 juta hektar hutan per tahun – lebih dari setengah luas Sulawesi – dan degradasi lahan mempengaruhi hampir dua miliar hektar, wilayah yang lebih luas dari Amerika Selatan.

Hilangnya hutan dan degradasi dari fungsi hutan menimbulkan berbagai macam masalah seperti pemanasan global, dan diperkirakan bahwa lebih dari delapan persen tanaman hutan dan lima persen hewan hutan dan burung berada pada “risiko yang sangat besar” untuk punah.

“Pemerintah Indonesia telah menunjukkan upaya luar biasa untuk mengurangi deforestasi. Upaya ini perlu kita apresiasi dengan mendukung pemerintah Indonesia menegakkan hukum untuk melindungi hutan dan komunitas hutan sebagai aspek fundamental dalam mengelola hutan lestari”, tambah Rajendra.

Dalam laporan terakhir, deforestasi di Indonesia adalah yang terendah dalam 6 tahun. Pada 2019, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah merehabilitasi sekitar 400 ribu hektar hutan dan selama pandemi, KLHK berencana menambah jumlah bibit yang akan ditanam tahun ini.

Baca Juga: Komunitas Kampung Sendiri Kampanyekan Penyelamatan Alam dengan Seni Mural

Kepresidenan G-20 Indonesia juga mendorong program Indonesia untuk mencapai pembangunan ekonomi berkelanjutan, dan tahun 2045 menargetkan untuk memasukkan pengelolaan hutan lestari. FAO mendukung Indonesia untuk memastikan bahwa kayu Indonesia diproduksi secara berkelanjutan di bawah perlindungan hukum.

Hutan adalah rumah bagi sekitar 80% keanekaragaman hayati terestrial dunia, dengan lebih dari 60 ribu spesies pohon. Sekitar 1,6 miliar orang bergantung langsung pada hutan untuk makanan, tempat tinggal, energi, obat-obatan, dan pendapatan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI