Suara.com - Suntik filler memiliki masa waktu untuk bertahan di dalam tubuh. Setiap perawatan yang dilakukan sebenarnya memiliki masa waktu yang berbeda-beda, tergantung juga dari material yang digunakan.
Asam hialuronat menjadi salah satu jenis material yang paling sering digunakan dalam terapi filler di Indonesia.
Dikutip dari artikem Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (Perdoski), asam hialuronat telah terdaftar dalam aturan Kementerian Kesehatan sebagai salah satu material aman untuk suntik filler.
"Filler yang menggunakan asam hialuronat umumnya dapat bertahan 6-9 bulan," kata Perdoski.
Baca Juga: Berencana Suntik Filler? Ketahui Dulu Efek Samping Wajar dan Tidak Wajar yang Bisa Terjadi
Efek filler bisa saja lebih lama apabila dikombinasi dengan perawatan lain sesuai dengan rekomendasi dari dokter.
Filler dengan asam hialuronat termasuk dalam tipe biodegradable filler yang paling banyak dipilih masyarakat Indonesia. Biodegradable artinya hasil filler dapat dimetabolisme oleh tubuh, sehingga seiring waktu dapat menghilang.
Terdapat satu tipe filler lagi yakni biocompatible yang berarti suntik filler menyatu dengan jaringan tubuh, tapi tidak dianggap benda asing oleh tubuh.
Selain asam hialuronay, material lain untuk filler yang telah tercatat di Kementerian Kesehatan RI di antaranya, Poly-L-lactic Acid atau PLLA, Calcium hydroxylapatite (CaHa), dan Autologous fat.
Perlu diketahui bahwa suntik filler berarti mengisi kulit atau jaringan lunak pada area tubuh yang dianggap kurang proporsional, cekung, atau kurang seimbang. Terapi ini dilakukan biasanya dilakukan untuk peremajaan kulit, memperbaiki kontur kulit yang kurang estetis, mengembalikan kontrol kulit akibat penuaan, memperbaiki tampilan jaringan parut, dan mengembalikan kelembaban kulit.
Baca Juga: Penyesalan Wanita Suntik Filler ketika Masih Muda, Wajahnya Kini Terlihat 10 Tahun Lebih Tua