Suara.com - Seperti halnya fobia pada umumnya, gamofobia ditandai dengan ketakutan yang sebenarnya tidak sebanding dengan ancaman yang ada.
Ketakutan ini terjadi secara terus menerus, berulang setidaknya selama enam bulan.
Dilansir dari laman very well mind Gamofobia adalah fobia atau ketakutan seseorang dalam menjalin hubungan, membuat komitmen, atau menikah.
Baca Juga: Masa-masa PDKT Fase Paling Indah Ketimbang Pacaran, Kamu Setuju?
Tentu saja keadaan ini membuat orang tersebut kesulitan menjalin hubungan dengan orang lain. Bahkan, ketakutan ini muncul hanya dengan memikirkannya saja. Tentu saja rasanya pasti cukup menyiksa, karena perasaan ingin bersama orang yang kita sayang bisa muncul kapan saja.
Seseorang dengan gamofobia umumnya akan memilih untuk menjauhkan diri dari orang lain sebelum akhirnya benar-benar menyukainya. Mereka cenderung menghindari berkencan bahkan pada seseorang yang disayanginya.
Selain melalui perasaan, ciri-ciri gamofobia juga dapat dilihat secara fisik seperti berikut:
- Mudah berkeringat
- Sering merasakan tubuh gemetar
- Detak jantung lebih cepat dari nafas
- Hiperventilasi
Beberapa orang dengan gamofobia mungkin masih mampu menjalin hubungan dengan orang lain. Namun, ketika mereka memasuki tahapan lebih serius, ketakutan dan kecemasan itu tiba-tiba datang kembali.
Baca Juga: Bukan Hanya Kamu, Ini 4 Tanda Pasangan juga Merindukanmu
Penyebab Gamofobia
Seperti fobia lainnya, gamofobia seringkali merupakan hasil dari beberapa faktor pemicu yang berbeda. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa kecemasan ini muncul karena tuntutan sosial atau kewajiban finansial yang harus mereka penuhi dalam sebuah hubungan.
1. Pengalaman Buruk
Traumatis masih menjadi salah satu faktor terbesar muculnya gamofobia. Anak-anak yang tumbuh dalam rumah tangga dengan orang tua tidak bahagia, selalu bertengkar, atau bahkan mengalami kekerasan dalam rumah tangga umumnya menderita gamofobia karena takut menghadapi situasi yang sama.
Toxic relationship juga menjadi salah satu alasan kuat seseorang ketakutan menjalin hubungan romansa yang baru.
2. Gaya Pengasuhan
Anak-anak yang diasuh dengan penuh kasih sayang pada umumnya akan merasa lebih aman dan nyaman. Sementara itu, mereka yang merasa kurang kasih sayang, umumnya akan lebih waspada ketika akan bertemu dengan orang baru.
Sekali lagi perlu diingat bahwa gaya pengasuhan di masa kecil akan memiliki dampak besar di kehidupan dewasa
3. Genetika dan Pengaruh Keluarga
Sebagian penelitian juga menyebutkan bahwa genetika berperan dalam munculnya gamofobia dan kondisi kecemasan lainnya. Sifat-sifat yang diwariskan dapat membuat seseorang lebih rentan pada ketakutan. Terutama sifat-sifat yang dipelajari sendiri dalam lingkup keluarga.
Kontributor : Hillary Sekar Pawestri