Hari Perempuan Internasional: Menlu Retno Ungkap 2 Cara Hilangkan Diskriminasi Terhadap Perempuan

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Selasa, 08 Maret 2022 | 11:07 WIB
Hari Perempuan Internasional: Menlu Retno Ungkap 2 Cara Hilangkan Diskriminasi Terhadap Perempuan
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi saat mendampingi Presiden RI Joko Widodo mengikuti rangkaian KTT G20 hari kedua, melalui konferensi video dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Minggu (22/11/2020) malam. [Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Luar Negeri (Menlu), Retno Marsudi punya pesan tersendiri pada Hari Perempuan Internasional. Ia mengatakan bahwa peringatan ini harus menjadi momentum untuk menghilangkan diskriminasi pada kaum hawa di dunia, termasuk di Indonesia.

Dalam keterangannya, Retno mengatakan ada dua hal besar yang harus diterapkan untuk mencegah terjadinya diskriminasi pada perempuan. Pertama adalah kebijakan atau policy. Kebijakan yang dibuat di tempat harus memberikan kesempatan yang sama dengan antara perempuan dan laki-laki.

Kedua, diperlukannya dukungan keluarga dan masyarakat. Hal ini berkaitan dengan pola pikir, budaya dan tradisi. Pada intinya, kata dia, tradisi, budaya, pola pikir, dari keluarga kecil sampai kepada masyarakat harus ikut mendukung mengenai masalah pemberdayaan perempuan.

Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi menyatakan bahwa pemerintah terus melakukan diplomasi dengan negara lain untuk mendatangkan vaksin Covid-19 selain Sinovac Biotech, vaksin dari China, Selasa (8/12/2020). [Suara.com/Stephanus]
Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi menyatakan bahwa pemerintah terus melakukan diplomasi dengan negara lain untuk mendatangkan vaksin Covid-19 selain Sinovac Biotech, vaksin dari China, Selasa (8/12/2020). [Suara.com/Stephanus]

"Diskriminasi tidak boleh terjadi. Pencegahan diskriminasi harus dibarengi dengan langkah afirmasi. Perempuan dapat ikut menjadi bagian solusi, agen toleransi, dan agen perdamaian," kata Retno, Senin (7/3/2022).

Baca Juga: Perusahaan Rintisan yang Libatkan Banyak Perempuan Punya Pendapatan Lebih Besar

Retno mengatakan perempuan adalah orang pertama atau orang paling dekat dengan anak yang menyuntikkan semua nilai kepada anak-anaknya. Perempuan harus kokoh memiliki nilai-nilai terkait dengan perdamaian hingga toleransi.

"Tidak boleh ada diskriminasi, harus ada langkah-langkah afirmasi agar kita bisa memberdayakan perempuan dan perempuan dapat menjadi solusi dari situasi apapun," kata dia.

Sebagai seorang perempuan, Retno tidak pernah bermimpi menjadi menteri. Sedikit bercerita, dia adalah anak dari keluarga yang sangat sederhana, namun mempunyai cita-cita yang tinggi. Mimpinya kala itu adalah menjadi seorang diplomat.

Dia tahu, pekerjaan yang diimpikannya itu adalah pekerjaan laki-laki. Maka dari itu, dia harus bekerja keras untuk menggapai cita-citanya itu.

"Sejak saya masih di bangku SMA, sudah pingin menjadi diplomat tapi saya tidak tahu caranya. Jadi yang paling mudah buat saya yaitu dengan memilih jurusan yang dekat dengan cita-cita saya itu, yakni jurusan Hubungan Internasional (HI)," tegasnya.

Baca Juga: Kesenjangan Upah Lelaki dan Perempuan di Indonesia Capai 50 Persen

Ia bersyukur Kementerian Luar Negeri memiliki sistem meritokrasi yang baik. Pada akhirnya membuat orang seperti dirinya yang bukan siapa-siapa, perempuan, bisa masuk di dalam profesi diplomat sampai saat ini menjadi seorang Menlu.

"Oleh karena itu, sekali lagi, meritokrasi sistem yang sangat transparan akan sangat membantu siapapun untuk dapat bergabung atau dapat meraih cita-citanya, sekalipun perempuan. Intinya itu," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI