Mengapa Paris Bisa Jadi Pusat Fashion Dunia Saat Ini? Ternyata Sejarahnya Panjang

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Selasa, 08 Maret 2022 | 10:05 WIB
Mengapa Paris Bisa Jadi Pusat Fashion Dunia Saat Ini? Ternyata Sejarahnya Panjang
Ilustrasi fashion show. (Unsplash/Highlight ID)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Paris Fashion Week telah lama dianggap sebagai kiblat fashion dunia. Pada gelaran Paris Fashion Week sejumlah desainer dengan merek ternama menampilkan karya terbainya pada ajang tersebut.

Hal itu tidak sedikit juga membuat banyak desainer, terutama dari Indonesia kemudian berlomba-lomba membuat karya terbaik agar bisa tampil di ajang Paris Fashion Week. Terlepas dari hal tersebut, mengapa Paris bisa menjadi kiblat fashion dunia?

Untuk menulusuri asal-usul sejarah Paris Fashion Week dan juga sebab Paris menjadi kiblat fashion, perlu kembali pada zaman kerajaan. Berikut rangkumannya dari berbagai sumber.

Bourbon Monarch

Baca Juga: Ribut-ribut Soal Paris Fashion Week, Ini 6 Fakta yang Perlu Diketahui Tentang Pekan Mode Bergengsi Itu

Peragaan Busana Dior di Paris Fashion Week (Antara/Reuters)
Peragaan Busana Dior di Paris Fashion Week (Antara/Reuters)

Sebagai elemen kunci dari budaya dan tradisi di Paris, mode di ibu kota memiliki sejarah panjang sejak tahun 1670-an, dipicu oleh penciptaan pers mode Paris. Banyak yang percaya orang Prancis berutang gaya chic mereka yang terkenal kepada Raja Matahari, atau Louis XIV sebagaimana ia dikenal. Pada zaman tersebut pakaian menjadi suatu simbol kekayaan dan kekuasaan. Gaun di era ini hanya dapat digambarkan sebagai pakaian yang flamboyan dan mewah saat semakin banyak embel-embel, volume dan kerutan.

Revolusi Prancis

Tren mode Paris berubah drastis ketika revolusi Prancis memicu gerakan anti-fashion. Sebagai simbol protes terhadap kekuasaan kerajaan, sekelompok orang, yang dikenal sebagai “sans kulot”, kelompok pemberontak yang tersebar luas, memutuskan untuk tidak mengenakan pakaian kerajaan ini untuk menunjukkan komitmen mereka terhadap pemberontakan. Sebaliknya, mereka menekankan kesederhanaan dan kesopanan. Mereka kala itu justru menggunkan celemek, sandal bakiak dan mobcaps disertai dengan warna pro-revolusioner putih, biru dan merah.

Haute Coutur

Tak perlu menunggu waktu lama untuk fashion kelas atas kembali berjaya. Selama abad ke-19 Haute couture muncul kembali, kali ini lebih flamboyan dari sebelumnya. kedatangan; pakaian yang dibuat khusus diilhami oleh pengaruh timur. Dalam era ini perempuan pada akhirnya bisa membuang korset ketat mereka dengan imbalan kain dekoratif yang bebas.

Baca Juga: Asal Klaim Tampil di Paris Fashion Week, Ifan Seventeen Duga Edukasi Tak Sampai ke Influencer

Dior's New Look

Pada era Dior's New Look, tren fesyen Paris 1950-an menonjolkan bentuk jam pasir perempuan untuk merayakan feminitas, menonjolkan bahu bulat, rok panjang dan rok penuh. Elemen ini sangat familiar dan diambil dari zaman Louis XVI dan Marie Antoinette.

Yves Saint Laurent meluncurkan koleksi "Trapeze" debutnya yang mempromosikan pakaian yang lebih longgar, dengan sengaja tidak menarik perhatian pada kontur tubuh sekaligus mengubah mode fashion pada saat itu.

Paris memperkuat cengkeramannya pada fashion ketika Dior menjadi salah satu desainer paling berpengaruh di abad pertengahan

Paris Fashion Show

Peragaan busana Battle of Versailles 1973 adalah yang pertama dari jenisnya, yang mempertemukan desainer Amerika dan Prancis dalam acara penting yang menyoroti persaingan mode ini.

Perjalanan tren mode Paris telah membuat dunia menjadi saksi, dengan setiap desainer, gerakan, dan kegemaran berkontribusi pada pengakuan dan kekaguman yang memang layak mereka dapatkan di dunia mode.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI