Suara.com - Berdoa menjadi salah satu cara bentuk meminta kepada Allah SWT. Doa bisa dipanjatkan kapan saja, namun biasanya dilakukan setelah melakukan ibadah salat.
Hanya saja tak semua doa terkabul persis seperti yang manusia harapkan. Hal itu tentu saja dapat membuat seorang hamba menjadi risau dan galau.
Menurut kitab al-Du’â al-Ma’tsûrât wa Âdâbuhu wa Mâ Yajibu ‘alâ al-Dâ’î Ittibâ’uhu wa Ijtinâbuhu, Imam Abu Bakr al-Thurthusyi memberi peringatan bahwa para pendoa harus menguatkan harapan mereka kepada Allah SWT.
Umat manusia yang berdoa juga diminta untuk tidak berputus asa dari rahmat-Nya pada saat doa belum terkabul.
Baca Juga: 4 Tips Mengatasi Rasa Malas Setiap Pagi
“Andai doa tak kunjung dikabulkan, janganlah kau menangguhkan (mengendurkan) apa yang yang kau minta. Karena sesungguhnya di setiap hal ada waktunya, dan doa tidak (bisa) menyelisihi apa yang telah ditentukan sebelumnya." (Imam Abu Bakr al-Thurthusyi, al-Du’â al-Ma’tsûrât wa Âdâbuhu wa Mâ Yajibu ‘alâ al-Dâ’î Ittibâ’uhu wa Ijtinâbuhu, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2002, h. 20).
Melansir dari NU Online, arti dari hadits tersebut menyatakan bahwa setiap doa memiliki waktunya tersendiri. Oleh karena itu, teruslah meminta lewat doa. Soal kapan dan bagaimana bentuk pengabulannya, berserah diri kepada Allah SWT.
Tentu dengan berserah diri, Allah SWT tahu apa yang terbaik untuk kita, selain melapangkan hati dan tidak terburu-buru menuntut pengabulannya.
Pada kitab yang sama, Imam Abu Bakr al-Thurthusyi mengutip beberapa riwayat pentingnya keyakinan dalam berdoa. Riwayat pertama dikutip dari Imam Malik bin Anas dalam al-Muwaththâ. Nabi Muhammad SAW bersabda.
"Janganlah orang yang berdoa mengatakan dalam doanya: Ya Allah rahmatilah aku jika Engkau berkenan. Hendaklah ia memohon dengan penuh harap, karena sesungguhnya tidak ada yang bisa memaksa-Nya." (Imam Abu Bakr al-Thurthusyi, al-Du’â al-Ma’tsûrât wa Âdâbuhu wa Mâ Yajibu ‘alâ al-Dâ’î Ittibâ’uhu wa Ijtinâbuhu, 2002, h. 20).
Imam Abu Bakr al-Thurthusyi menjelaskan riwayat di atas. Ia mengatakan:
"Yakni sesungguhnya Allah tidak benci untuk memberi. Jika Dia menghendaki, Dia memberi. Jika Dia menghendaki, Dia mencegah (tidak memberi)." (Imam Abu Bakr al-Thurthusyi, al-Du’â al-Ma’tsûrât wa Âdâbuhu wa Mâ Yajibu ‘alâ al-Dâ’î Ittibâ’uhu wa Ijtinâbuhu, 2002, h. 20).
Di samping itu, riwayat kedua yang dikutip dari Imam al-Bukhari dan Imam Abu Dawud, Nabi SAW bersabda:
"Akan dikabulkan (doa) salah seorang di antara kalian selama ia tidak tergesa-gesa (menuntut pengabulannya), sampai ia berkata: ‘Sungguh aku telah berdoa, namun belum juga dikabulkan untukku." (Imam Abu Bakr al-Thurthusyi, al-Du’â al-Ma’tsûrât wa Âdâbuhu wa Mâ Yajibu ‘alâ al-Dâ’î Ittibâ’uhu wa Ijtinâbuhu, 2002, h. 20).
Hadits di atas menunjukkan betapa pentingnya bersabar dalam berdoa. Tidak cuma bersabar, hadits ini mengajarkan untuk tidak berprasangka buruk kepada Allah. Karena itu, sebaiknya terus berdoa dan yakinlah, bahwa suatu saat pasti akan terkabul.