Suara.com - Harapan yang berbeda untuk menjadi pria ideal seringkali membuat seseorang merasa tersesat dan bingung tentang bagaimana mereka harus bertindak. Tak sedikit pula pria yang kesulitan menghadapi toxic masculinity.
Toxic masculinity atau maskulinitas toksik bisa dibilang adalah istilah yang semakin populer akhir-akhir ini. Istilah ini mengacu pada bentuk dominan maskulinitas di mana laki-laki menggunakan dominasi, kekerasan, dan kontrol untuk menegaskan kekuasaan dan superioritas mereka.
Merangkum dari laman Green Hills Recovery, simak ulasan selengkapnya tentang maskulinitas beracun yang ada di sekitar Anda berikut ini.
Apa Pengertian Toxic Masculinity?
Baca Juga: Orangtua, Ketahui Dampak Perang Bagi Kesehatan Mental Anak
Toxic masculinity atau maskulinitas beracun muncul dalam berbagai bentuk. Beberapa contohnya termasuk memberi tahu anak laki-laki untuk menunjukkan sikap tertentu ketika mereka merasa kesal atau membenarkan perilaku kasar dan tidak pantas dengan ungkapan bahwa anak laki-laki adalah anak laki-laki atau boys will be boys.
Maskulinitas toksik dapat didefinisikan sebagai kebutuhan untuk bersaing secara agresif serta mendominasi orang lain dan cenderung bermasalah pada pria.
Ciri-Ciri Maskulinitas Beracun
Ciri-ciri toxic masculinity antara lain:
- Ketangguhan fisik tanpa syarat
- Agresi fisik, ketakutan akan emosi
- Diskriminasi terhadap orang dengan homoseksual
- Agresi atau kekerasan seksual
- Perilaku antifeminis
Banyak orang yang mengidentifikasi diri sebagai laki-laki dapat merasakan tekanan untuk mewujudkan ciri-ciri maskulinitas beracun dan itu bisa membuat mereka bertindak agresif atau kasar terhadap orang lain maupun diri mereka sendiri.
Baca Juga: 5 Tanda Pria yang Jadi Pasangan Tulus dalam Menjalani Hubungan Asmara, Perlu Diapresiasi!
Apa Dampak Maskulinitas Beracun?
Dampak dari maskulinitas beracun sangat luas. Salah satu contohnya adalah menyebabkan lebih banyak kekerasan terhadap perempuan. Mengapa demikian? Ini karena laki-laki mungkin merasa berhak atau divalidasi dalam perilaku kasar mereka.
Maskulinitas yang tidak sehat ini juga sangat merugikan pria. Penelitian telah menunjukkan bahwa pria dengan maskulinitas beracun lebih cenderung mengalami isolasi, kesehatan yang buruk, dan ketidakbahagiaan.
Apa dampak sosialnya? Maskulinitas beracun terbukti seiring dengan tingginya tingkat kekerasan, kejahatan terkait narkoba, perilaku anti-sosial, overdosis obat, dan bunuh diri.
Karena stigma dan tekanan sosial, laki-laki cenderung tidak mencari bantuan profesional untuk kesehatan mental. Maskulinitas beracun memungkinkan laki-laki untuk tidak sepenuhnya mengekspresikan diri karena orang mungkin melihatnya sebagai tanda kelemahan atau kerentanan.
Itulah ulasan singkat mengenai pengertian, ciri-ciri, dan dampak dari toxic masculinity yang perlu Anda ketahui. Wujudkan maskulinitas yang positif dengan gagasan bahwa pria dapat menunjukkan ekspresi mereka secara emosional, memiliki teman atau mentor seorang wanita, dan mengekspresikan emosi mereka tanpa merasa dipojokkan.
Kontributor : Yulia Kartika Dewi