Suara.com - Seiring berjalannya waktu, keberadaan thrift shop atau toko barang bekas kembali diminati khususnya oleh kaum milenial.
Kendati sudah ada sejak lama, ternyata terdapat perbedaan antara thrift shop di negara berkembang dan negara maju lo.
Dihimpun dari laman Yukepo---Jaringan Suara.com, ternyata kehadiran thrift shop di negara maju ini juga dibua demi mengurangi limbah tekstil akibat tingginya tingkat konsumsi.
Lalu sebenarnya ada jenis thrift shop apa saja yang di dunia termasuk Indonesia. Lebih baik simak informasi berikut agar tak salah kaprah ya.
Baca Juga: Simak Tips Thrifting agar Tak Kecewa, Tidak Semua Pakaian Bekas Jelek
1. Indie thrift shop
Konsep yang satu ini banyak berkembang pula di Indonesia. Umumnya pengelolanya adalah perseorangan. Idealnya, si pengelola mengurasi barang-barang bekas secara pribadi dari berbagai sumber untuk dijual lagi.
2. Specially secondhand stores
Mirip dengan vintage shop, harga di thrift shop tipe ini bisa lebih tinggi daripada yang seharusnya. Mereka punya spesialisasi sendiri. Ada toko yang hanya menjual sepatu bekas bermerek, buku-buku bekas, ada pula yang menjual CD album atau vinyl bekas saja dan lain sebagainya. Mereka biasanya punya pasar khusus atau niche sendiri.
3. Chain thrift shop
Baca Juga: Tahun Ini Lanang Mantra Akan Tunjukkan Ogoh-ogoh Buatannya dari Barang Bekas
Ini yang mungkin banyak ditemukan di Indonesia. Modelnya adalah mengimpor baju bekas asal luar negeri yang masih sangat layak untuk ditawarkan pada pasar dalam negeri. Harganya bakal jauh lebih murah daripada beli pakaian baru dengan merek yang sama.
Banyak yang kurang setuju dengan konsep ini. Sebab, jika dari sisi lingkungan, bukannya mengatasi limbah tekstil, kita malah jadi penampung limbah. Proses pengiriman pakaian atau barangnya pun tetap meninggalkan carbon footprint.
4. Vintage shop
Jika kebanyakan thrift shop menjual barang dengan harga yang lebih murah dari harga barang baru, vintage shop sedikit berbeda. Barang yang mereka jual bisa saja bekas, tetapi punya nilai yang tinggi. Bisa karena kelangkaannya atau memori yang tersemat pada pakaian atau barang tersebut. Harganya bisa saja jauh lebih mahal, tetapi kamu punya kesempatan untuk menawar harga.