Suara.com - Apa itu toxic positivity? Toxic positivity adalah keyakinan bahwa tidak peduli seberapa buruk atau sulitnya suatu situasi, setiap orang harus mempertahankan pola pikir positif. Semua hal yang berlebihan tentu tidak baik, termasuk toxic positivity.
Sikap optimis dan selalu dalam pemikiran positif memang bermanfaat. Namun, orang dengan toxic positivity malah menolak emosi yang sulit demi menampilkan keceriaan, sering kali disebut sebagai positif palsu.
Memiliki pandangan hidup yang positif memang baik untuk kesehatan mental. Masalahnya, hidup tidak selalu positif. Kita semua berurusan dengan emosi serta pengalaman yang menyakitkan dan tidak menyenangkan. Kondisi ini juga penting untuk dirasakan dan ditangani secara terbuka dan jujur.
Toxic positivity membawa pemikiran positif ke arah ekstrem yang digeneralisasikan secara berlebihan. Sikap ini tidak hanya menekankan pentingnya optimisme, tetapi juga menyangkal jejak emosi manusia yang tidak sepenuhnya bahagia atau positif.
Baca Juga: Hindari 4 Kebiasaan Buruk Ini kalau Tak Ingin Kondisi Kesehatan Mental Terganggu
Apa Saja Bentuk Toxic Positivity?
Dilansir dari laman Very Well Mind, Rabu (2/3/2022), toxic positivity memiliki berbagai bentuk yang perlu dikenali. Beberapa contoh yang mungkin Anda temui dalam hidup Anda sendiri, antara lain:
- Saat hal buruk terjadi, orang-orang menyuruh Anda untuk tetap berpikir positif atau melihat sisi baiknya. Meskipun komentar itu sering kali dimaksudkan untuk menunjukkan simpati, hal tersebut juga bisa menjadi cara untuk menahan apa pun yang ingin Anda katakan tentang kondisi yang Anda alami.
- Setelah mengalami beberapa kehilangan, orang lain memberi tahu Anda bahwa segala sesuatu terjadi karena suatu alasan. Kebanyakan orang sering menyatakan demikian karena mereka percaya bahwa itu menghibur, dan cara untuk menghindari rasa sakit orang lain.
- Ketika Anda mengungkapkan kekecewaan atau kesedihan, seseorang mengatakan bahwa kebahagiaan adalah pilihan. Ini menunjukkan bahwa jika Anda merasakan emosi negatif, maka itu adalah kesalahan Anda sendiri karena tidak "memilih" untuk bahagia.
Pernyataan di atas sering kali terlihat bertujuan baik. Hal itu karena sebagian orang tidak tahu harus berkata apa lagi dan bingung bagaimana berempati. Walau begitu, penting untuk mengenali bahwa respons ini bisa berbahaya.
Beberapa contoh pernyataan toxic positivity di atas pada akhirnya hanya menjadi kata-kata hampa yang membuat Anda tidak harus berurusan dengan perasaan orang lain. Paling buruk, itu malah terkesan mempermalukan dan menyalahkan orang-orang yang sering menghadapi situasi sulit dalam hidup mereka.
Tanda Anda Mengalami Toxic Positivity
Baca Juga: Waspada! 5 Dampak Buruk Mental Kamu karena Cuaca Buruk, Bisa Bunuh Diri
Belum banyak orang yang memahami apa itu toxic positivity. Selain itu, bentuknya seringkali tidak kentara. Belajar mengenali tanda-tandanya dapat membantu Anda mengidentifikasi jenis perilaku ini. Beberapa tanda toxic positivity antara lain:
- Menyingkirkan masalah daripada menghadapinya
- Merasa bersalah karena sedih, marah, atau kecewa
- Menyembunyikan perasaan senang yang tampaknya lebih dapat diterima
- Menyembunyikan perasaan Anda yang sebenarnya
- Meminimalisir perasaan orang lain karena membuat Anda tak nyaman
- Mempermalukan orang lain ketika mereka tidak memiliki sikap positif
- Mencoba untuk tabah atau "mengatasi" emosi yang menyakitkan
Cara Mengatasi Toxic Positivity
Jika terpengaruh oleh sifat positif yang beracun, ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk mengatasinya, meliputi:
- Kelola emosi negatif Anda, tetapi jangan menyangkalnya
- Bersikaplah realistis tentang apa yang semestinya Anda rasakan
- Tidak apa-apa untuk merasakan lebih dari satu hal
- Jadilah pendengar yang baik. Fokus mendengarkan orang lain dan menunjukkan dukungan
- Perhatikan bagaimana perasaan Anda.
Demikian beberapa informasi terkait apa itu toxic positivity dan bagaimana cara mengatasinya. Semoga bermanfaat!
Kontributor : Yulia Kartika Dewi