Suara.com - Karya seni buatan tangan selalu mendapatkan perhatian dari para kolektor. Terbaru, popularitas poster film buatan tangan kembali meningkat, membuat para pelukis kebanjiran pesanan.
Hal ini diungkap oleh pelukis Ghana, Daniel Anum Jasper, yang sudah bertahun-tahun bekerja sebagai pembuat poster film. Ia tengah menyelesaikan salah satu poster film klasik "Butch Cassidy and the Sundance Kid" (1969), pesanan seorang kolektor asing yang menghubunginya lewat Instagram.
Dari akhir 1970-an hingga 1990-an, Ghana mengembangkan tradisi iklan film dengan poster-poster semarak buatan tangan saat bioskop-bioskop lokal menjamur di negara Afrika Barat itu. Para seniman poster saling bersaing menarik penonton terbanyak dengan tampilan mencolok, imajinatif dan memukau.
Jasper adalah seorang pelopor tradisi itu. Dia telah melukis poster film pada karung terigu daur ulang selama 30 tahun terakhir. Namun pasar untuk menampung karya seninya, yang pernah membuat orang berebut kursi di bioskop, kini telah berubah.
Baca Juga: Kontruksi Patung Jokowi di Sirkuit Mandalika Buatan Nyoman Nuarta Akan Segera Rampung
"Orang tak tertarik lagi menonton bioskop ketika film bisa diputar dengan mudah dari ponsel mereka," kata Jasper.
"Tapi ada minat yang meningkat untuk memiliki poster lukisan tangan ini di pasar internasional," katanya."Sekarang mereka menggantungnya di ruang-ruang pribadi atau memajang di pameran."
Dengan kemunculan internet, bioskop-bioskop swasta di Ghana menghadapi nasib yang tidak jelas. Namun karya Jasper telah menarik minat publik di luar negeri, termasuk di Amerika Serikat, di mana poster-poster itu dihargai sebagai representasi yang khas dari seni Afrika pada masa tertentu.
Film koboi menjadi andalan tradisi itu, seperti halnya film Bollywood dan Mandarin. Banyak dari poster-poster itu yang menampilkan adegan klenik dan kekerasan asal-asalan –meskipun tidak ada di dalam filmnya– dan sosok yang ditampilkan secara fisik tampak berlebihan.
Joseph Oduro-Frimpong, profesor antropologi budaya pop di Universitas Ashesi Ghana mengoleksi sejumlah karya Jasper. Dia telah mengumpulkan poster-poster itu bertahun-tahun dan diketahui pernah membeli semua koleksi film dari sebuah toko penyewaan video yang ditutup.
Baca Juga: Airlangga: Pertunjukan Seni Pedalangan Tidak Boleh Punah
Dia berencana menampilkan koleksi posternya di Pusat Kebudayaan Populer Afrika yang akan dibuka di universitasnya akhir tahun ini. Dia berharap masyarakat menghargai sejarahnya.
"Tentu saja ada nilai estetika dari poster-poster itu, seberapa 'gila' gambarnya dan sebagainya, tapi kami menggunakannya sebagai bahan perbincangan dengan mahasiswa," kata dia.
"Kami katakan kepada mereka jangan berpikir tentang apa yang mereka lihat sekarang… (tapi) pikirkanlah bahwa bentuk seni ini adalah simbol sejarah yang dapat berkisah sendiri." [ANTARA]