Suara.com - Bagi banyak peternak, limbah kotoran menjadi tantangan tersendiri yang harus segera diatasi. Itu juga yang sempat dirasakan oleh Musodikun, peternak sapi asal Barito Kuala, Kalimantan Selatan.
Saat ini, lelaki paruh baya tersebut tak hanya berhasil menjadi seorang peternak sapi tetapi juga petani organik yang berhasil mengubah limbah kotoran sapi menjadi pupuk dan biogas yang bermanfaat serta memiliki nilai ekonomis.
Untuk sampai ke posisi seperti saat ini, banyak tantangan yang harus Musodikun lalui.
Dulu, ia bercerita, dirinya sempat dirundung warga sekitar akibat kotoran sapi yang dianggap mencemari lingkungan. Tak tanggung-tanggung, protes warga pernah sangat keras hingga kandang ternaknya dibakar.
Baca Juga: 44.321 Babi di Kalimantan Barat Mati Akibat Serangan Wabah Demam Babi Afrika
Di sisi lain, warga sekitar yang berprofesi sebagai petani juga hidup dengan kondisi kualitas pertanian yang kurang. Pada akhirnya, hal tersebut memengaruhi hasil tani warga sekitar.
"pH tanah sangat rendah, kondisi tanah kalau ditanami produktivitasnya menurun dan tidak sesuai dengan harapan. kondisi ini diperparah dengan insfratuktur. Saya benar-benar dilema dan di posisi yang sulit dan tidak nyaman. Sehingga saya selalu ingin mengkaji bagaimana masyarakat bisa sejahtera," kata Musodikon.
Di tahun 2010, ia kemudian memberanikan diri meminta bantuan kepada Dinas Peternakan dan lembaga terkait setempat. Ia juga secara aktif mengikuti kegiatan dan pembinaan dari BPTP Kalimantan Selatan, salah satunya inovasi teknologi pengolahan limbah kotoran sapi.
Berbekal ilmu tersebut, Musodikun mampu mengolah limbah kotoran sapi menjadi berbagai produk pertanian seperti pupuk kompos dan pestisida organik serta biogas.
"Sejak saat itu lembaga dinas terkait dan lingkungan senantiasa berkomunikasi lancar untuk mendukung apa yang saya lakukan. Sejak saat itu, bully meredup yang alhamdulillah mereka mengadopsi pupuk saya," tambahnya
Baca Juga: Pupuk Indonesia Pastikan Kelancaran Distribusi di Tengah Melonjaknya Kebutuhan Angkutan Domestik
Selain berdampak baik bagi lingkungan dan kesehatan, pengolahan limbah kotoran sapi menjadi pupuk organik yang dilakukan Musodikun juga menjadi peluang usaha yang mampu meningkatkan kesejahteraan warga desanya.
Kini Musodikun membangun organisasi yang memiliki 107 anggota peternak aktif, dan menghasilkan kotoran ternak rata-rat 10kg basah dan 5kg kering.
"Organisasi sebagai penyambung lidah kepada pemerintah. Kalau masih bertahan kecil-kecil (individu) bisa jadi halangan, tapi kalau besar (organisasi), bisa menjadi penyumbang suara yang lebih besar," pungkasnya.
Berkat kerja kerasnya, Musodikun dinobatkan sebagai Pahlawan Kemajuan Keluarga Pilar Selaras dari Frisian Flag Indonesia.