Suara.com - Cerita pendek sering ditemukan lewat rubrik harian Minggu di surat kabar. Berbeda dengan novel panjang, cerita pendek yang disebut cerpen ini menghadirkan cerita yang pendek dan juga singkat.
Pada narasi cerita pendek biasanya hanya berurusan dengan beberapa karakter yang terlibat di dalam cerita, yang disampaikan dalam beberapa episode atau adegan yang singkat.
Bentuk penulisannya lebih mendorong penghematan setting, narasi singkat, dan penghilangan plot yang kompleks. Meski cakupannya relatif singkat, tetapi cerpen sering dinilai memiliki kemampuan untuk memberikan perlakuan yang lengkap, dan memuaskan karakter sampai subjeknya.
Melansir dari Britannica, cerita pendek menerima perhatian kritis yang relatif sedikit pada pertengahan abad ke-20. Namun, sejauh ini kritik pada cerpen difokuskan pada teknik penulisan.
Baca Juga: Ulasan Buku Cinta Tak Pernah Sia-sia: Kumpulan Cerita Pendek yang Kaya Metafora
Sejarah Dan Asal-Usulnya
Evolusi cerita pendek pertama kali dimulai sebelum manusia bisa menulis. Untuk membantu dalam menghafal cerita, pendongeng awal sering mengandalkan frase saham, ritme tetap, dan sajak. Dari situ, banyak narasi yang telah terbit dan menjadi narasi tertua di dunia, seperti kisah Babilonia kuno dan Epik Gilgames, yang dibentuk dalam syair.
Selain itu, sebagian cerita dari zaman kuno juga terjadi di Timur Tengah, yakni lewat syair ‘Perang Para Dewa’, ‘Kisah Adapa’, ‘Busur Surgawi’, dan ‘Raja Yang Lupa. Kisah-kisah ini ditulis dalam huruf paku di atas tanah liat, selama millennium ke-2 SM.
Di sisi lain, kisah-kisah awal di Mesin disusun di atas papyrus. Orang Mesir Kuno telah menulis narasi mereka yang dibentuk dalam prosa, di mana mereka menggunakan sajak untuk himne agama dan lagu kerja mereka. Salah satu kisah Mesir awal yang masih bertahan adalah ‘The Shipwrecked Sailor’. Kisah ini disebut sebagai kisah yang menghibur, serta menginspirasi untuk meyakinkan penonton aristokratnya, bahwa kemalangan yang nyata pada akhirnya akan menjadi keberuntungan.
Munculnya Cerita Pendek Modern
Baca Juga: Ulasan Buku Mati Tua: Perihal Perempuan dan Persoalan-Persoalan yang Membelitnya
Cerpen modern muncul hampir bersamaan di Jerman, Amerika Serikat, Perancis, dan Rusia. Di Jerman, hanya ada sedikit perbedaan antara kisah-kisah akhir abad ke-18 dan kisah-kisah tradisi Boccaccio yang lebih tua.
Pada tahun 1795, Goethe menyumbangkan serangkaian cerita ke jurnal Friedrich Schiller, Die Horen, yang jelas dibuat dengan mempertimbangkan Decameron. Pada masanya, Goethe tidak menyebut bahwa ini cerita pendek, meski bukan itu istilahnya. Namun, dia menganggapnya sebagai hiburan untuk pelancong Jerman.
Sedangkan di Amerika Serikat, cerita pendek mulai berkembang, yakni muncul cerita realistis yang berusaha secara objektif untuk menggambarkan tempat, peristiwa, dan orang di sekitarnya dengan nyata.
Ciri-Ciri Cerita Pendek
Pada dasarnya, cerpen tidak memiliki alur cerita yang rumit. Dalam penulisannya, cerpen menjadikan semuanya jadi satu, mulai dari kejadian, alur, sampai penempatan cerita.
Selain itu, terdapat peristiwa di dalam cerita yang menimbulkan pertentangan di antara tokoh, sehingga terjadi peningkatan aksi dan momen penting dalam ceritanya. Pada bagian akhir cerita, cerpen menggambarkan penyelesaian dari permasalahan yang sudah terjadi, biasanya ada penyampaian sebuah pesan moral.
Tema dalam cerpen dikatakan lebih jelas, karena menampilkan peristiwa yang dipilih dengan cara karikatural menonjol, yang disebut sebagai mozaik pesan pendalaman. Jumlah kata dari cerpen tersebut berkisar 1400 kata hingga 2300 kata, atau sekitar empat sampai tujuh halaman dengan spasi satu setengah.