Suara.com - Setiap anak memiliki keunikannya masing-masing. Misalnya seperti anak pertama yang cenderung menjadi panutan bagi adik-adiknya, juga disebut lebih keras dan bisa menjadi pemimpin.
Lalu, bagaimana dengan anak kedua? Ada empat fakta tentang anak kedua yang belum diketahui. Simak ulasannya yang dikutip dari Romper.
Memiliki Standar Pendidikan Yang Tinggi
Sebuah studi yang terbit di Journal of Population Economics menemukan, anak kedua seringkali memiliki standar pendidikan yang tinggi dibanding anak pertama. Hal ini disebabkan karena rendahnya kinerja anak yang lebih tua di sekolah, serta keinginan orangtua untuk meningkatkan hasil pendidikan anak berikutnya. Oleh karena itu, orangtua lebih memberikan beban tinggi pada anak kedua dibanding anak pertama, dan lebih banyak perhatian dan juga pengawasan.
Baca Juga: Waspada Modus Pemotor Ketuk Jendela Mobil Buat Minta Uang di Surabaya, Bikin Resah!
Memiliki Perilaku Buruk, Terutama Anak Laki-Laki

Sebuah penelitian tahun 2017 berjudul ‘Birth Order and Delinquency’ menemukan, anak kedua cenderung memiliki perilaku buruk dan nakal, terutama jika anak tersebut adalah laki-laki. Karena itu, sebagai orangtua perlu perhatikan perilaku anak tersebut. Karena jika tidak, anak akan berperilaku di luar batas.
Tidak Disukai Oleh Kakaknya
Dalam buku berjudul The Evolution of Personality and Individual Differences, anak kedua cenderung tidak disukai oleh anak yang lebih tua alias kakaknya. Hal itu disebabkan karena mereka tidak menerima perhatian secara keseluruhan. Jadi, anak kedua lebih dianggap sebagai anak mandiri dan cerdik dalam menjalani kehidupan.
Kecil Kemungkinan Menyelesaikan Perguruan Tinggi
Baca Juga: Anies Sebut Lebih dari 9.000 Anak di Jakarta Ditinggal Orang Tuanya yang Meninggal karena Covid-19
Sebuah studi dari Inggris menemukan korelasi antara urutan kelahiran dan pencapaian pendidikan. Hal itu disebutkan, bahwa anak kedua memiliki kemungkinan kecil untuk tidak melanjutkan ke perguruan tinggi, atau menyelesaikan kuliahnya. Fakta mengungkap, bahwa sumber daya yang digunakan hanya untuk anak sulung, sehingga anak kedua sulit mendapatkan akses tersebut. Padahal seperti yang sudah disebutkan, anak kedua lebih ditekankan untuk soal pendidikan.