Suara.com - Sebagai negara agraris, Indonesia membutuhkan pusat penelitian peternakan dan pertanian yang memadai. Hal tersebut diharapkan dapat menjadi awal dari perkembangan dan perbaikan kualitas produksi peternakan dan pertanian di Indonesia.
Untuk mencapai hal tersebut, Institut Sistem Peternakan Inovatif atau Institute of Innovative Farming Systems (IIFS) di Universitas Sam Ratulangi Manado (UNSRAT) Manado, Sulawesi Utara, didirikan.
IIFS berdiri berkat kerja sama yang terjalin antara Kementerian Pertanian, Pemprov Sulawesi Utara, Pemkab Bolaang Mongondow Utara, Unsrat, Central Queensland University, Australia (CQU Australia), dan Trade Investment Queensland (TIQ) pada Januari 2021 lalu.
"Pendirian diharapkan mampu mengembangkan pertanian dan juga ketahanan pangan di Indonesia Timur, khususnya di Sulawesi Utara, sehingga meningkatkan minat dan ketertarikan investor dari berbagai belahan dunia untuk berinvestasi di Indonesia," ungkap Menteri Bappenas, Suharso Manoarfa dalam siaran pers yang Suara.com terima belum lama ini.
Baca Juga: Harga Pupuk Bikin Petani Tercekik, Ardiansyah Minta Pemkab Sambas Canangkan Program Pupuk Alternatif
Dengan adanya IIFS, program pemerintah untuk mempersiapkan Indonesia menjadi lumbung pangan dunia pada tahun 2045 diharapkan juga segera terealisasi.
Pendirian IIFS ini menjadi tanda wujud komitmen CQU-Australia berkontribusi dalam implementasi target pembangunan nasional Indonesia dalam hal ketersediaan pangan.
Melalui kemitraan ini, CQU-Australia telah menyediakan beasiswa S3 atau PhD kepada Warga Negara Indonesia (WNI) yang terlibat dalam riset dan penelitian di IIFS.
CQU-Australia juga telah mempersiapkan tenaga ahli dengan pengalaman riset kelas dunia dan berbagai jenis teknologi mutakhir untuk digunakan dalam kegiatan litbang IIFS.
Seremoni penandatangan kerjasama tersebut juga bertepatan dengan acara wisuda angkatan pertama mahasiswa program kolaborasi MM-MBA Universitas Bakrie dan CQU-Australia.
Baca Juga: YAFSI Promosikan Hasil Pertanian Pedesaan Ramah Anak