Suara.com - Menang maupun kalah dalam setiap turnamen menjadi satu hal biasa bagi seorang atlet. Pujian akan membanjir saat atlet berhasil memenangkan pertandingan. Tapi saat kalah, hujatan datang bisa lebih pedas terutama lewat media sosial.
Petenis putri nomor satu Indonesia Aldila Sutjiadi misalnya, ia mengaku sering menjadi korban perundungan di media sosial dan mendapat pesan negatif setiap kali dirinya kalah dalam pertandingan.
"Saya telah menerima ratusan pesan yang menghina, melecehkan, dan bahkan mengancam keselamatan saya di sepanjang karir saya," cerita Aldila dalam konferensi pers virtual bersama Bullyid Indonesia, Selasa (8/2/2022) kemarin.
Banyak dan masifnya pesan negatif itu sempat membuat mental Aldila terpuruk. Bahkan hingga memengaruhi fokusnya saat bertanding.
Baca Juga: Viral Perjuangan Ibu Jualan Sandal, Demi Beli Beras untuk Anaknya yang Sakit
Juara Ganda Putri Tenis W100 di Amerika Serikat itu mengatakan, perundungan atau bullying juga kerap dialami para atlet dari cabang olahraga lain.
Menurutnya, kekerasan online seperti itu berisiko merusak kesehatan mental atlet, mulai dari terganggunya fokus serta merusak rasa percaya diri di lapangan.
"Berbicara dengan atlet lain, saya menyadari bahwa isu ini lebih luas daripada yang saya perkirakan. Jadi saya memutuskan sudah waktunya untuk melakukan sesuatu tentang kekerasan online ini," ujarnya.
Ia pun akhirnya turut terlibat dalam peluncuran kampanye sosial #SayNoToOnlineAbuse bersama Bullyid Indonesia.
Tujuan kampanye tersebut adalah untuk meningkatkan kesadaran publik tentang efek buruk dari perundungan dan pelecehan di media sosial.
Baca Juga: Viral Curhatan Tetangga Renovasi Rumah Sampai Berisik, Ujungnya Malah Dibully Warganet
"Saya tergerak untuk memulai #SayNoToOnlineAbuse karena saya sendiri mengalami pelecehan ini selama bertahun-tahun"
"Menggunakan platform saya sebagai seorang atlet, saya ingin kampanye ini menarik perhatian tidak hanya pada apa yang terjadi pada kami tetapi juga kepada masyarakat luas," tuturnya.
Sementara itu, Founder dan Executive Director of Bullyid Indonesia Agita Pasaribu mengatakan, kasus perundungan melalui media sosial telah meningkat dalam kurun lima tahun terakhir.
Tetapi, kesadaran masyarakat terhadap isu bullying secara daring dianggap masih kurang. Sehingga banyak korban maupun saksi memilih bungkam ketika mengetahui ada perbuatan pelecehan dan kekerasan online.
Tak jarang juga yang masih memandang normal apabila perundungan terjadi di platform media sosial.
"Aldila sebagai juru bicara menyoroti masalah ini dan mendorong orang lain yang menderita dalam diam untuk angkat bicara. Bullyid Indonesia adalah ruang aman dan tempat yang bisa mereka datangi untuk meminta bantuan dan dukungan," ujarnya.
Agita menyampaikan, Bullyid Indonesia menyediakan konsultasi dan hotline bantuan yang terbuka bagi siapapun korban perundungan online. Di platform tersebut, semua korban dapat akses yang sama terhadap dukungan kesehatan mental dan dukungan hukum.
Bullyid juga bekerja sama dengan Badan Kejahatan Siber Nasional untuk memberikan konsultasi hukum dan psikologis dengan konselor berlisensi.
Kampanye #SayNoToOnlineAbuse itu dimulai sejak 8 Februari 2022, bertepatan dengan perayaan Internet Safer Day.
Aldila berharap dengan adanya kampanye #SayNoToOnlineAbuse dapat berkontribusi pada penggunaan internet yang lebih aman bagi siapa pun.