7 Mitos dan Fakta Tentang Produk Dairy, Benarkah Yogurt dan Susu Tidak Bisa Dikonsumsi Bersamaan?

Minggu, 06 Februari 2022 | 19:10 WIB
7 Mitos dan Fakta Tentang Produk Dairy, Benarkah Yogurt dan Susu Tidak Bisa Dikonsumsi Bersamaan?
ilustrasi yogurt salah satu produk olahan susu. (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Beredar informasi yang mengatakan yogurt dan susu tidak bisa dikonsumsi bersamaan, meski sama-sama produk dairy alias produk olahan susu sapi. Mitos atau fakta?

Zat gizi makro berupa karbohidrat, protein, dan lemak menjadi sumber utama utama tubuh manusia. Tapi selain itu, tubuh juga butuh zat gizi mikro, seperti vitamin, mineral, zat besi, kalsium, dan lainnya, untuk menunjang kesehatan tubuh dalam jangka panjang.

“Setiap hari, kita perlu mencukupkan asupan nutrisi dengan gizi lengkap dan seimbang yang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Banyak makanan yang dapat kita konsumsi untuk membantu melengkapi asupan gizi harian, salah satunya adalah produk dairy seperti susu sapi segar dan produk olahan susu lainnya yaitu yogurt dan keju," kata dokter spesialis gizi klinik dr. Christin Santun Sriati Lumbantobing, M.Gizi, Sp.GK., dalam siaran pers tertulis kepada suara.com, Minggu (6/2/2022).

Ia menambahkan bahwa banyak produk olahan susu telah dilengkapi dengan berbagai kandungan nutrisi, seperti protein, Vitamin A, B1, B2, kalsium, fosfor dan mineral lainnya. Produk dairy juga dapat mendukung kesehatan sehari-hari serta kesehatan jantung dan syaraf.

Baca Juga: Ulasan Buku Aneh tapi Ampuh, Pentingnya ASI bagi Kesehatan Bayi

Jangan minum susu mentah yang baru diperas dari sapi, ini bahayanya. (Shutterstock)
Ilustrasi susu sapi. (Shutterstock)

"Seperti halnya makanan lainnya, jangan lupa untuk mengonsumsi susu setiap hari dalam jumlah yang sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan," ujarnya.

Namun, bagi masyarakat Indonesia, produk dairy itu masih menimbulkan berbagai pemahaman keliru. Akibatnya muncul mitos yang tidak sesuai dengan anjuran kesehatan.

Dokter Christin membeberkan berbagai mitos mengenai produk dairy dan susu, beserta faktanya.

1. Mitos: Produk dairy yang berbeda, seperti susu dan yogurt, tidak dapat dikonsumsi bersamaan.

Fakta: Mengonsumsi berbagai produk dairy secara bersamaan sebenarnya tidak apa-apa. Bagi para penggemar produk dairy, bisa menikmati susu bersama keju, atau susu bersama yogurt. Tetapi, jangan lupa untuk mengonsumsinya dalam jumlah yang sewajarnya karena mengonsumsi sesuatu dalam jumlah berlebih tentunya kurang baik.

Baca Juga: Pabrik Susu di Ciracas Ludes Terbakar, 16 Unit Kendaraan Damkar Dikerahkan

Misalnya, jika biasa mengonsumsi susu sebanyak 250ml, coba untuk kurangi takarannya menjadi 150ml jika ingin mengonsumsinya bersama yogurt atau keju.

2. Mitos: Minum susu di malam hari bikin gemuk.

Fakta: Salah satu faktor yang bisa menambah berat badan adalah melewati batas konsumsi kalori harian. Selama tidak melewati batas kalori harian, minum susu di malam hari tidak akan berpengaruh pada berat badan.

Lainnya, yang perlu diperhatikan adalah jarak antara waktu mengonsumsi susu dan tidur di malam hari. Pastikan untuk memberi waktu yang cukup untuk badan mencerna susu sebelum waktu tidur.

3. Mitos: Minum susu di malam hari bisa menambah tinggi badan.

Fakta: Secara ilmiah, susu kaya akan protein dan mengandung asam amino yang tinggi dan penting untuk pertumbuhan. Di malam hari, ada beberapa asam amino yang bekerja lebih optimal saat tubuh beristirahat. Selama tidur, tubuh berada dalam kondisi puasa dan kekurangan energi.

Dalam kondisi itu, tubuh akan mengambil energi cadangan, salah satunya dari otot. Dengan minum susu sebelum tidur, tubuh sebenarnya 'menabung' asupan energi yang nantinya akan digunakan selama tidur.

4. Mitos: Orang yang memiliki intoleransi laktosa sama sekali tidak bisa mengomsumsi susu.

Fakta: Ada beberapa orang yang memiliki intoleransi terhadap laktosa yang terkandung dalam susu. Ketika dikonsumsi, kandungan laktosa yang masuk ke tubuh akan menimbulkan reaksi kurang baik seperti gatal-gatal atau mual.

Terdapat perbedaan antara alergi dan intoleransi susu. Yakni, orang yang memiliki alergi susu sama sekali tidak bisa mengonsumsi susu. Namun mereka dengan intoleransi susu tetap bisa mengonsumsi susu dalam jumlah yang terbatas.

Selain itu, orang dengan intoleransi laktosa dapat mengonsumsi sekitar 150-200 ml susu per hari agar tubuh tidak bereaksi. Juga dianjurkan untuk konsultasi dengan dokter gizi untuk memastikan apakah memiliki alergi atau intoleransi susu.

5. Mitos: Cara penyimpanan susu segar dan susu UHT sama saja.

Fakta: Terdapat beberapa macam susu seperti susu sapi segar dan susu UHT. Cara menyimpannya pun berbeda. Kalau tidak disimpan dengan benar, kandungan nutrisi pada susu akan hilang. Rekomendasi penyimpanan dari Greenfields adalah:

  • Susu segar yang telah dikemas harus disimpan pada suhu 0-4 derajat Celsius. Susu dengan kemasan yang telah dibuka dapat bertahan selama kurang lebih 4 hari di dalam lemari es dan kurang lebih 4 jam pada suhu ruangan.
  • Susu UHT sekali minum, dapat disimpan dalam suhu ruangan dan dapat bertahan hingga 9 bulan. Susu UHT 1 liter sebaiknya langsung disimpan di dalam lemari es setelah dibuka.

6. Mitos: Susu full cream adalah pilihan terbaik untuk lansia.

Fakta: Dua masalah utama pada lansia adalah tidak mau makan dan makan terlalu banyak. Seiring dengan berjalannya waktu, biasanya nafsu makan akan berkurang. Bagi lansia yang cenderung tidak mau makan, dapat diberikan susu full cream dengan jumlah kalori yang lebih tinggi dan lebih padat akan nutrisi.

Untuk lansia yang biasa banyak makan dan memiliki masalah seperti diabetes, berikan produk dairy yang rendah gula dan rendah lemak seperti Greenfields Low Fat Milk (1,1 persen lemak) ataupun tanpa lemak seperti Greenfields Skimmed Milk (0 persen lemak). Sesuaikan produk dairy untuk lansia dengan kebutuhannya.

7. Mitos: Saat dimasak, kandungan gizi pada susu akan hilang.

Fakta: Produk susu mengandung protein, vitamin, dan mineral yang rentan mengalami kerusakan saat dimasak. Saat memasak menggunakan bahan produk turunan susu, sebaiknya tidak terlalu lama atau hingga mengeluarkan asap (mencapai smoking point), yang artinya suhu sudah terlalu panas dan kandungan nutrisi di dalamnya sudah mulai terganggu.

Selain mengganggu nutrisi, pemanasan dengan suhu yang terlalu tinggi atau terlalu panas juga dapat mengubah tekstur susu menjadi pecah atau bahkan menggumpal.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI