Begini Cara Laki-laki dan Perempuan Mengatasi Burnout

Risna Halidi Suara.Com
Selasa, 01 Februari 2022 | 11:37 WIB
Begini Cara Laki-laki dan Perempuan Mengatasi Burnout
Ilustrasi wanita mengalami burnout. (pexels/LizaSummer)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Burnout merupakan istilah yang merujuk kondisi seseorang merasa terjebak pada rutinitas. Ia merasa lelah secara mental dan merasa butuh bantuan. 

Seseorang yang mengalami burnout bisa berada di titik tidak ingin lagi melakukan pekerjaan atau ingin melarikan diri dari situasi yang dihadapinya.

Burnout sendiri berbeda dengan stres. Stres yang negatif atau dikenal dengan distress akan membuat produktivitas seseorang menurun. Ketika tidak ada intervensi dan penyelesaiannya, maka distress akan berkembang menjadi burnout.

Jadi, bisa disimpulkan burnout merupakan tumpukan stres yang negatif dan tidak ditangani dengan tepat.

Baca Juga: Jarang Dikonsumsi Banyak Orang, Ini 6 Manfaat Jeruk Purut bagi Kesehatan

Dikutip dari siaran pers Teman Parenting, Selasa (1/2/2022), cara perempuan dan laki-laki dalam mengatasi burnout bisa berbeda. Untuk itu cara penanganan stres dan burnout pun tidak sama.

Secara umum, ketika ada masalah, perempuan cenderung mengungkapkan masalah atau apa yang mereka rasakan agar tidak stres.

Kata Psikolog Tatik Imadatus Sa’adati, S.Psi, M.Psi, perempuan dianugerahi kemampuan berbicara atau berbahasa 16.000-21.000 kata per hari.

Karenanya bagi para perempuan atau ibu yang mengalami burnout, dipersilakan mengobrol dengan siapa saja, terutama orang yang dipercaya untuk bisa melepas stres yang dirasa.

Sedangkan bagi laki-laki, secara umum justru butuh waktu untuk sendiri saat mengalami burnout. Jadi, selama suami tidak bercerita, sebaiknya istri tidak perlu memaksa suami untuk curhat karena malah akan memunculkan emosi.

Baca Juga: 6 Kebiasaan Baik untuk Menjaga Kesehatan Mental

"Saat sedang merenung, tandanya suami sedang berpikir. Cukup ambilkan teh hangat atau kopi, lalu temani. Bila suami sudah lebih tenang, mintalah izin untuk memberikan pendapat, seperti, “Aku boleh kasih pendapat enggak, Mas?” Bila ia membuka diri dan bertanya, barulah berikan pendapat," pungkas Imadatus.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI