Pentingnya Digitalisasi untuk Mengembangkan Sektor Pariwisata Dalam Negeri

Risna Halidi Suara.Com
Senin, 31 Januari 2022 | 18:15 WIB
Pentingnya Digitalisasi untuk Mengembangkan Sektor Pariwisata Dalam Negeri
Ilustrasi Wisata yang ada di Indonesia. (pixabay.com)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pandemi Covid-19 telah memaksa berbagai bidang untuk melakukan penyesuaian, salah satunya adalah bidang pariwisata. Di penghujung 2021 lalu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyarankan agar operator wisata untuk menerapkan sistem reservasi dan mengacu pada protokol yang telah ditetapkan.

Selain itu, surat edaran Kemenparekraf juga menetapkan bahwa tempat wisata, taman rekreasi dan tempat hiburan lainnya yang memiliki manajemen pengelolaan tetap dapat beroperasi dengan kapasitas maksimal yang ditentukan Pemerintah.

Dikatakan oleh Co-founder & CEO, GOERS, Sammy Ramadhan, digitalisasi dapat menjadi kunci agar destinasi wisata dan rekreasi dapat bisa beroperasi sesuai regulasi namun tetap menjamin keamanan dan kenyamanan pengunjung.

Teknologi, kata Sammy, telah membantu berbagai tipe destinasi, seperti waterpark, taman hiburan, galeri, museum, tempat wisata alam dan buatan, untuk meningkatkan pendapatan dan beroperasi guna membantu pemerintah mengakselerasi pemulihan sektor pariwisata nasional.

Baca Juga: Ahli Tidak Menyarankan Penggunaan Masker N95 dan KN95 Dipakai Berhari-hari, Simak Penjelasannya di Sini

GOERS Experience Manager atau GEM Solution sendiri merupakan teknologi terintegrasi untuk manajemen pengelolaan reservasi, kunjungan dan ticketing bagi destinasi wisata dan rekreasi.

"GEM Solution mampu mengurangi kerumunan dan mencegah over kapasitas sehingga destinasi tetap dapat beroperasi sesuai dengan peraturan dan pedoman CHSE yang telah ditentukan oleh Pemerintah,"' kata Sammy Ramadhan dikutip dari siaran pers, Senin (31//2022).

Data Badan Pusat Statistik mencatat, Indonesia memiliki hampir tiga ribu destinasi wisata dan rekreasi pada 2019. Sayangnya, belum semuanya dari tempat wisata itu telah terdigitalisasi.

Sistem pengelolaan manual, kata Sammy, memiliki pilihan pembayaran yang terbatas dan sangat rentan terhadap kebocoran data serta keuangan karena masalah human error, kebocoran kunjungan karena pemalsuan tiket serta keterbatasan dalam memonitor jumlah pengunjung.

Manajemen pengelolaan digital yang terotomasi dan mandiri, lanjutnya, memungkinkan operator destinasi wisata dan rekreasi untuk memiliki sistem penjualan online dan onsite, penanganan kunjungan hingga promosi yang terotomasi, efisien dan akurat.

Baca Juga: 60 Persen PDB Global Sangat Dipengaruhi Digitalisasi , CEO Ericsson: Atasi Kesenjangan Teknologi

Di sisi lain, Co-founder & COO GOERS Niki Tsuraya Yaumi mengatakan bagaimana pandemi telah membuktikan bahwa ketergantungan industri pariwisata kepada teknologi digital semakin tinggi.

"Jika sudah terdigitalisasi, maka destinasi akan lebih mudah ditemukan dan berdampak pada peningkatan kunjungan wisata di Indonesia. Hal ini selaras dengan rencana Kementerian Pariwisata RI untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dan mengakselerasi pemulihan sektor pariwisata nasional,” pungkasnya.

Saat ini teknologi besutan GOERS telah bekerja sama dengan lebih dari 50 destinasi wisata-rekreasi, antara lain Taman Impian Ancol, Go! Wet Grand Wisata Bekasi, Faunaland Ancol, Dunia Fantasi Ancol dan Rumah Atsiri Indonesia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI