Suara.com - Semua manusia yang hidup di muka bumi ini pasti akan berhadapan dengan fase kehilangan, termasuk kehilangan orang yang dicintai. Dalam setiap kedukaan, selalu ada cerita, memori, dan berbagai emosi yang seringkali datang tiba-tiba.
Namun, setiap manusia mengalami fase kesedihan yang berbeda-beda dalam merespon kehilangan. Ada yang menangis sebentar, dan ada juga yang berlarut dalam kesedihan.
Nirasha Darusman, menjalani fase kesedihannya dengan cara yang berbeda. Ia menceritakan perjalanannya berdamai dengan kesedihan dengan meluncurkan buku yang telah ia ketik sejak 3 tahun lalu.
Perjalanan duka Nira, sapaannya, dituangkannya dalam buku yang berjudul Lost and Found: Sebuah Perjalanan Mengarungi Duka. Buku bergenre memoar ini secara artikulatif mengungkapkan perjuangan dan perjalanan panjang Nira, dalam usahanya untuk bangkit dari kesedihan karena kehilangan 4 anggota keluarga dalam rentang waktu 7 tahun.
Baca Juga: 4 Hal yang Perlu Kamu Hindari Saat PDKT dengan Gebetan, Jangan Jual Kesedihan!
Secara jujur, buku ini bercerita tentang kisahnya dalam mengarungi duka, sesuatu yang diyakininya menjadi perjalanan seumur hidup.
Dalam peluncuran buku Lost and Found: Sebuah Perjalanan Mengarungi Duka beberapa waktu lalu, Nira menyampaikan “Buku ini lahir karena sepanjang perjalanan duka saya, kurang lebih 11 tahun, saya tidak berhasil menemukan buku berbahasa Indonesia yang membahas soal kematian dan berduka. Buku ini menyajikan pendekatan dan sudut pandang lain dari sebuah proses kehilangan dan berduka untuk kemudian dapat saling belajar dan membagikannya kepada sesama. Saya ingin, buku memoir ini dapat membantu teman-teman yang sedang berduka, yang baru saja merasakan pedihnya kehilangan.”
Halaman demi halaman buku ini berbagi tentang berbagai pelajaran kedukaan yang luar biasa; bagaimana cara Nira menghadapi emosi demi emosi, kejadian demi kejadian yang dirasakannya dalam naik-turunnya ombak duka.
Buku yang terdiri dari 200 halaman dan 4 chapter: Chapter (1) Lost, Chapter (2) Grief, Chapter 3 (Found), dan Chapter 4 (Legacy) ini, tidak hanya bercerita tentang pengalaman pribadi, tapi juga mengungkap dan mengajarkan mekanisme koping. Bagaimana cara untuk keluar dari stres dan trauma, serta berbagi pengalaman dalam mengelola emosi yang terkadang berat untuk dijalani.
“Berduka dan kehilangan itu bersifat pribadi, semua orang tidak sama. Saya seringkali mengalami emosi yang sulit dan seringkali tidak terduga. Ada rasa marah, menyesal, bersalah, ketidakpercayaan, sedih yang tak kunjung usai. Tidak hanya mempengaruhi kesehatan mental, juga fisik. Ini adalah tantangan hidup yang harus saya hadapi, dan saya berupaya untuk mencari mekanisme kopingnya. Agar dapat berfungsi dengan baik untuk kehidupan ke depan,” ungkap Nira.
Baca Juga: Kesedihan Chanathip Songkrasin usai Cetak Gol ke Gawang Timnas Indonesia
Tidak hanya menuliskan buku, kurang lebih 2 tahun terakhir Nira menginisiasi sebuah komunitas support group “Let’s Talk Grief” yang digelar setiap 2 minggu sekali secara online, yang ditujukan bagi mereka yang ingin berbagi seputar kehilangan dan membahas masalah kedukaan.
Ia juga mendirikan @GRIEFTALK.id, sebuah wadah support group, dan kerap mengundang teman-teman dari berbagai daerah dan latar belakang untuk berbagi cerita dan saling menguatkan satu sama lain.
“Buku ini adalah bagian penting dari hidup saya. Saya berharap buku Lost and Found ini bisa menemani siapa pun yang sedang berjuang mengarungi duka, terutama sepanjang pandemi Covid-19 ini. Above all, this book is about hope. I survive the greatest loss and come out stronger on the other end,” tutup Nira.