Suara.com - Bagi mahasiswa Sosiologi, kamu pasti kerap mengenal istilah Teori Ketimpangan Sosial. Teori ini sering digunakan untuk meneliti fenomena kesenjangan dan ketimpangan yang terjadi di masyarakat.
Umumnya teori ketimpangan sosial terbagi atas dua jenis yakni teori klasik dan teori modern.
Perlu diketahui, ketimpangan sosial adalah keadaan yang terjadi karena adanya ketidakseimbangan akses untuk mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.
Mengutip Ruang Guru, berikut ini beberapa teori ketimpangan sosial klasik yang banyak digunakan untuk meneliti:
Baca Juga: 3 Teori Evolusi dalam Pelajaran Sosiologi
Teori Ketimpangan Sosial Klasik
1. Teori Struktural Fungsional (Emile Durkheim)
Menurut Emile Durkheim, ketimpangan sosial tidak dapat dihindari dan memiliki peran penting dalam masyarakat. Ini karena ketimpangan berfungsi untuk menciptakan sistem meritokrasi, yaitu sistem yang digunakan untuk menilai seseorang berdasarkan kualitas dan keahliannya.
Contoh dari teori ini adalah masyarakat yang berpendidikan dan berketerampilan rendah mengisi pekerjaan dengan penghasilan yang rendah juga. Namun, hal ini justru dibutuhkan oleh orang dengan pendidikan dan keterampilan tinggi.
2. Teori Konflik (Karl Marx)
Baca Juga: Apa Itu Globalisasi, Karakteristik, Gejala, dan Contohnya
Menurut teori konflik, ketimpangan sosial dapat terjadi akibat adanya eksploitasi oleh kelompok yang lebih kuat. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kapitalisme yang lebih menguntungkan pemodal, tetapi lebih merugikan pekerja atau buruh.
Contoh yang sesuai dengan teori ini adalah kontrak kerja yang tidak jelas atau sewenang-wenang, sehingga pekerja lebih rentan dipecat. Adanya ketidakadilan upah dan perlindungan kerja bagi buruh atau pekerja juga merupakan contoh kasus yang sesuai.
Kelemahan dari teori ini adalah terlalu berfokus pada aspek ekonomi dalam ketimpangan sosial. Padahal, terdapat beberapa bentuk ketimpangan sosial selain dari ketimpangan ekonomi.
3. Teori Kelas, Status, Kekuasaan (Max Weber)
Teori ini beranggapan bahwa ketimpangan sosial memiliki 3 dimensi, yaitu status, kekayaan, dan kekuasaan. Jadi sebenarnya, teori ini mengisi kekurangan pada teori konflik yang terlalu berfokus pada masalah ekonomi.
Pada dimensi kelas, ketimpangan sosial bergantung pada usaha individu untuk mencapai kekayaan.
Pada dimensi status berkaitan dengan individu atau kelompok dalam berhubungan dengan satu sama lain. Sedangkan pada dimensi kekuasaan adalah ketika yang berkuasa cenderung lebih mendominasi.
Teori Ketimpangan Sosial Modern
1. Teori Dualisme Sosial (Julius H. Boeke)
Teori Dualisme Sosial berpandangan bahwa ketimpangan antara negara Barat (maju) dengan negara Timur (berkembang) terjadi karena adanya perbedaan tujuan ekonomi.
Ini karena dualisme ekonomi ini, kebijakan ekonomi di negara maju tidak berlaku untuk mensejahterakan masyarakat di negara berkembang dan bekas jajahan.
Contoh kasus yang sesuai dengan teori ini adalah adanya pola pikir tradisional pada masyarakat yang bekerja hanya sekedar mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari.
Hal ini akhirnya menghambat terjadinya industrialisasi yang akhirnya sulit mencapai kemajuan.
2. Teori Dependensi (Raul Prebisch)
Teori dependensi atau ketergantungan berhubungan dengan adanya ketergantungan antara negara berkembang dengan negara maju. Adanya ketergantungan ini menyebabkan kemunduran bagi negara-negara berkembang atau bekas jajahan.
Kelemahan dari teori ini adalah terlalu berfokus pada aspek eksternal, yaitu ketergantungan pada negara maju. Teori ini juga masih terlalu fokus pada aspek ekonomi.