Suara.com - Seiring maraknya penggunaan aplikasi kencan, semakin banyak pula orang yang mengaku jadi korban ghosting, alias gebetan yang tiba-tiba menghilang setelah sebelumnya intens berhubungan.
Meski umumnya, hubungan ghosting terjadi karena belum adanya kepastian atau komitmen antara lelaki dan perempuan, tapi ghosting bisa sangat menyakitkan.
Diungkap Terapis New York, Darcy Sterling perasaan di-ghosting semakin parah saat sang korban memiliki harga diri yang tinggi.
Termasuk korban juga akan merasa khawatir, jika ia sudah melakukan kesalahan.
Baca Juga: Bikin Heboh Teman karena Foto Tiket Bioskop Bareng Sosok Berambut Panjang, Berujung Plot Twist Abis
"Mereka bisa merasa seperti dibuang atau bahkan hanya dianggap cadangan. Karena pasangan tiba-tiba menghilang, dan membuat korban bertanya-tanya mengapa ia di-ghosting," ungkap Sterling, mengutip Insider, Jumat (28/1/2022).
Sterling menambahkan, lamanya hubungan asmara bukan sebab seberapa sakit menjadi korban ghosting. Tapi saat si korban sudah merasa berjuang dan punya harga diri yang tinggi, kerap jadi sebab korban merasa sangat tersakiti.
"Ghosting bisa jadi lubang jebakan, yang mempertanyakan nilai diri mereka sendiri," terang Sterling.
Untuk bisa terbebas dan bisa move on dari sakitnya rasa ghosting, Sterling mengatakan untuk bisa berbicara dengan pasangan dari hati ke hati.
Cobalah percaya pada orang yang Anda cintai, dan fokus untuk menumbuhkan kasih sayang pada orang tersebut.
"Anda tidak perlu minta maaf pada pasangan Anda saat ini, agar bisa sembuh dari ghosting," pungkas Sterling.