Suara.com - Seiring bertambah usia, anak-anak umumnya akan makin pintar membaca, menulis, hingga berhitung. Tapi beberapa anak tertentu bisa saja alami kesulitan memahami pengajaran dasar tersebut.
Bukan sekadar faktor malas belajar, anak yang alami gangguan belajar bisa jadi karena terjadi masalah kesehatan mental, seperti disleksia.
Dikutip dari Ruang Guru, anak dengan disleksia akan mengalami kesulitan dalam proses memahami sesuatu dari segi visual maupun suara.
Ciri-Ciri Disleksia pada Anak Usia Sekolah
Baca Juga: Sekolah Kebanjiran, Siswa SMPN 19 Makassar Belajar Online
Ada beberapa ciri-ciri disleksia yang bisa diperhatikan pada anak usia sekolah. Berikut tanda-tanda yang terlihat:
- Mengalami kesulitan untuk mengingat nomor lebih dari satu angka.
- Anak kesulitan membaca, mengeja, atau menulis dibandingkan dengan anak seusianya.
- Bingung dengan konsep waktu dan mengingat urutan, misalnya urutan hari atau bulan.
- Sulit mengikuti arah, seperti kanan ataupun kiri.
- Kesulitan dalam mempelajari bahasa asing.
- Anak lambat dalam menulis, tulisan acak-acakan atau penulisan huruf dan angka terbalik. Misalnya antara huruf b dan d, p dan q, atau w dan m.
- Tidak mengalami kesulitan bicara, namun sulit untuk menemukan kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan orang lain dan salah memilih terminologi atau pengungkapan kata yang tepat.
- Saat diberi tugas atau instruksi, anak cenderung lambat untuk memprosesnya (slow processing speed).
- Sulit membedakan huruf atau kata.
- Sulit konsentrasi dan menjadi hiperaktif.
Orangtua tetap harus mendampingi anak disleksia agar tetap memiliki kepercayaan diri untuk belajar. Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan:
1. Cepat tanggap dan peka
Orangtua harus peka akan kondisi anak jika mulai terjadi gejala atau ciri-ciri gangguan belajar. Jangan menganggap ciri-ciri yang anak alami adalah hal yang biasa dan mengabaikannya. Apabila terlambat ditangani, hal ini dapat menurunkan kepercayaan diri anak di lingkungan sekolah dan membuatnya merasa depresi. Orangtua dapat melakukan terapi kepada anak melalui bantuan profesional.
2. Membantu anak untuk terus belajar
Baca Juga: 4 Aplikasi Belajar Bahasa Inggris, Otodidak dan Nggak Perlu Repot Datang ke Tempat Kursus
Orangtua juga harus berperan aktif untuk membantu anak belajar membaca, bukan hanya jadi tugas guru di sekolah. Semakin sering anak membaca, maka kemampuannya pun akan semakin meningkat. Sediakan waktu untuk membaca buku bersama setiap malam dengan memilih buku-buku bacaan yang disukai anak.
Biasakan anak untuk membaca buku dengan bersuara serta bermain tebak kata setelah kegiatan membaca selesai. Buatlah kegiatan membaca menjadi kegiatan yang menyenangkan supaya anak tidak mudah bosan.
3. Terapkan teknik belajar sesuai dengan kondisi anak
Anak disleksia akan kesulitan jika mengikuti proses belajar seperti anak pada umumnya. Salah satu cara yang bisa dilakukan dengan memberikan sekolah homeschooling. Melalui homeschooling, anak dapat belajar sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya sendiri.
Pembelajaran juga bisa lebih terfokus pada kemampuan mendengar, melihat, dan merasakan untuk meningkatkan kemampuan membaca.
Tetapi, apabila anak berada di sekolah umum, bisa didaftarkan ke tempat les khusus untuk membantunya membaca. Sesuaikan jadwal les dengan perkembangan belajar anak. Jangan sampai jadwal belajarnya malah semakin padat dan membuat anak malas.
Selain itu, tunjukan perhatian dan kasih sayang kepada anak dengan memuji serta mengapresiasi setiap kemajuan belajarnya. Beri anak kebebasan untuk melakukan berbagai hal yang disukainya, seperti bermain musik, olahraga, dan lainnya.