Apa Itu Toxic Positivity? Berikut Pengertian, Contoh, dan Berbagai Dampak Negatif yang Perlu Diwaspadai

Jum'at, 21 Januari 2022 | 10:05 WIB
Apa Itu Toxic Positivity? Berikut Pengertian, Contoh, dan Berbagai Dampak Negatif yang Perlu Diwaspadai
Ilustrasi wanita tersenyum. (pexels.com/Andrea Piacquadio)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Apa itu toxic positivity? Toxic positivity adalah istilah yang mungkin sering Anda dengar belakangan ini. Toxic positivity biasanya merujuk pada pemberian afirmasi positif yang berlebihan sehingga seringkali justru merugikan diri sendiri atau orang lain.

Beberapa kalimat seperti "Sudah, relakan saja", "Coba pikirkan dampak bagusnya", "Yuk, coba terus. Jangan menyerah!" mungkin terdengar sebagai semangat. Namun, bagi beberapa orang yang mendengar kalimat tersebut, apalagi disebutkan secara berulang-ulang, justru dapat menyebabkan masalah kesehatan mental.

Dilansir dari laman Medical News Today, berikut pengertian, contoh, dan bahaya toxic positivity yang perlu Anda tahu.

pexels.com
Senyum palsu (pexels.com/rizkymelinda)

Apa Itu Toxic Positivity?

Baca Juga: 5 Tanda Ini Menunjukkan Seseorang Memiliki Inner Child yang Terluka, Tetaplah Bertahan!

Pada sebuah studi yang dirilis oleh Sage Journals di tahun 2018 telah menunjukkan bahwa seorang mahasiswa yang suka menunjukkan toxic positivity pada dirinya dapat mengurangi keinginan untuk bunuh diri.

Namun, pada data yang sama juga menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor eksternal seperti dukungan sosial dan efikasi diri, yang kemudian membentuk hal tersebut.

Dengan begitu, bisa disimpulkan bahwa toxic positivity bukanlah satu-satunya solusi untuk menyelesaikan masalah. Karena dengan begitu, toxic positivity justru berpotensi membungkam emosi dan menghalangi mendapat dukungan sosial.

Contoh Toxic Positivity

  • Mengatakan pada seseorang yang baru saja terkena bencana bahwa segala sesuatu terjadi karena alasan tertentu
  • Mendesak seseorang untuk selalu berpikir positif akan suatu kehilangan
  • Meminta seseorang cepat-cepat melupakan kesedihan dan fokus pada hal-hal baik di hidup saja
  • Mendesak seseorang untuk berkembang tanpa peduli dengan kesulitan apa yang mungkin mereka sedang hadapi.
  • Menyepelekan kekhawatiran seseorang dengan mengatakan, "Oh, itu masih tidak seberapa."

Mengapa Toxic Positivity Berbahaya?

Baca Juga: Sadar Butuh ke Psikolog, Ini Alasan Terbesar Orang Belum Berani Konsultasi Kejiwaan

Seseorang yang memiliki pandangan positif tentu tidak berbahaya. Namun, jika seseorang berpikir bahwa mereka harus mempunyai sisi positif terus menerus, itu justru dapat mengakibatkan masalah kesehatan mental karena mengabaikan emosi lain di dalam dirinya.

Hal serupa juga berlaku bagi seseorang yang menuntut kepositifan dari orang lain. Karena mereka mungkin merasa tidak dihargai dengan apa yang telah mereka berikan selama ini.

Dampak Buruk Toxic Positivity

Mengabaikan permasalahan

Sebuah studi yang dikeluarkan oleh University of East London pada tahun 2020 lalu menunjukkan bahwa seseorang yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga tidak akan menyadari seberapa parah perilaku kasar yang diberikan pasangannya. Hal ini terjadi karena harapan yang diberikan dan optimisme yang masih mereka simpan.

Menyepelekan kehilangan

Kesedihan atas kehilangan melupakan sesuatu yang normal. Seseorang yang berulang kali mendengar pesan untuk merelakan atau bahagia saat sedang kehilangan keluarganya, mungkin menganggap bahwa keluarga mereka tidak penting untuk orang lain, sehingga justru menambah kesedihan.

Komunikasi

Toxic positivity mungkin mendorong orang untuk mengabaikan tantangan dan fokus pada hal-hal yang baik saja. Tentu saja hal ini dapat membuat mereka mengabaikan permasalahan dan kemampuan untuk menyelesaikannya.

Itulah beberapa hal terkait apa itu toxic positivity dan bagaimana dampak negatifnya bagi kesehatan mental. Semoga informasi di atas bermanfaat.

Kontributor : Hillary Sekar Pawestri

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI