Suara.com - Pantun biasanya dipertontonkan dalam pesta rakyat, dan umumnya dilakukan oleh adat betawi. Apalagi pantun juga kerap membuat suasana semakin semarak dan meriah.
Namun kini pantun tidak hanya milik satu suku adat saja, melainkan sudah tersebar ke seluruh Nusantara. Itulah kenapa pantun juga disebut sebagai warisan budaya bangsa.
Lantas, apa sih pantun itu dan bagaimana cara membuatnya?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pantun adalah bentuk puisi Indonesia (Melayu), tiap bait (kuplet) biasanya terdiri atas empat baris yang bersajak (a-b-a-b).
Baca Juga: Haji Lulung Meninggal, Riano P Ahmad Jadi Plt Ketua Umum Bamus Betawi
Selain itu pantun juga dibedakan berdasarkan daeranya, yaitu Pantun Jawa, Pantun Betawi, dan Pantun Sunda.
Pantun Jawa dan Contohnya
Mengutip Sumber Belajar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Senin (17/1/2022) pantun di Jawa disebut parikan atau wangsalan, yakni sejenis pantun berbahasa jawa.
Secara umum pantun ini sama dengan jenis pantun lainya. Yang membedakan hanyalah dari segi bahasa yang menggunakan bahasa jawa.
Contohnya:
Baca Juga: Anies Hadiri Tahlilan Hari ke-7 Haji Lulung: Almarhum Ikon Tokoh Betawi
Manuk emprit nucuk pari.
Dadi murid sing taberi.
Gudeg manggar bumbune merica ketumbar.
Lamun sabar bisa lejar sarta binger.
Kembang kencur tinandur ing pinggir sumur.
Yen wis makmur ojo lali marang sedulur.
Pantun Sunda dan Contohnya
Pantun Sunda atau paparikan merupakan pantun yang terdiri atas empat baris, yaitu dua baris pertama sebagai cangkang atau kulit (sampiran) dan dua baris terakhir disebut eusina atau isi. Hubungan antara cangkang dan eusina adalah persamaan sajaknya.
Struktur Pantun Sunda:
- Satu bait paparikan terdiri atas empat baris
- Baris ke-1 dan ke-2 adalah cangkang
- Baris ke-3 dan ke-4 adalah eusina (isi)
- Satu baris paparikan terdiri atas 8-12 suku kata
- Paparikan bersajak a-b-a-b
Contohnya:
Sésébréd
Cau naon cau naon,
Cau kulutuk di juru.
Bau naon bau naon,
Bau hitut nu di juru.
Itu gunung ieu gunung,
Diadukeun pakbeledug.
Itu pundung ieu pundung,
Marebutkeun mojang budug.
Poé Saptu poé Kemis,
Poé Kemis jeung Jumaah.
Itu saha muril kumis,
Kumisna panjang sabeulah.
Daun hiris dibeungkeutan,
Dibawa ka juru leuit.
Anu geulis ngadeukeutan,
Hayangen dibéré duit.
Pantun Betawi dan Contohnya
Salah satu pengembangan pantun di Betawi adalah bentuk karmina. Pantun karmina adalah pantun yang terdiri atas dua baris.
Baris pertama merupakan sampiran dan baris kedua merupakan isi. Pantun karmina lebih berisi nasihat dan terkesan humor.
Contoh:
Anak bayi menginjak bumi
Bumi di tangan tiada kendali
Ya Tuhan hanya satu pinta kami
Mudahkan lah ujian bahasa ini
Anak ayam turun sembilan
Mati satu tinggal delapan
Ilmu boleh sedikit ketinggalan
Tapi jangan sampai putus harapan
Fungsi pantun karmina, yaitu:
- sebagai sindirian,
- sebagai alat hiburan,
- sebagai nasihat, atau
- sebagai pendidikan moral.
Struktur karmina:
- terdiri atas dua baris,
- baris ke-1 adalah sampiran, baris ke-2 adalah isi,
- setiap baris terdiri atas 8- 12 suku kata,
- bersajak a-a , b-b.
Contoh karmina:
Dahulu parang sekarang besi
Dahulu sayang sekarang benci