Sejarah 3 Tragedi Nasional Ancam Keutuhan NKRI: Peristiwa Madiun, DI/TII, hingga G30S PKI

Sabtu, 15 Januari 2022 | 11:20 WIB
Sejarah 3 Tragedi Nasional Ancam Keutuhan NKRI: Peristiwa Madiun, DI/TII, hingga G30S PKI
Cuplikasn Film Pengkhianatan G30S PKI, salah satu tragedi nasional yang mengancam keutuhan NKRI . (Istimewa)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh persaingan politik, karena PKI sebagai kekuatan politik merasa khawatir dengan kondisi kesehatan Presiden Soekarno yang memburuk.

Berbagai kebijakan yang diusulkan PKI diterima dan diterapkan, seperti mempersenjatakan Angkatan V (Buruh Tani) untuk menghadapi konfrontasi dengan Malaysia, serta pembubaran Masyumi karena dianggap bertanggung jawab atas peristiwa PRRI/Persemesta.

Pada awal Agustus 1965, ketika Presiden Soekarno tiba-tiba pingsan setelah berpidato, banyak pihak yang beranggapan bahwa usia beliau tidak akan lama lagi. Sehingga muncul pertanyaan besar, yakni siapa pengganti Presiden Soekarno nantinya? Pertanyaan tersebut yang menyebabkan persaingan semakin tajam antara PKI dengan TNI.

Awal Mula Pemberontakan 30 September 1965
Peristiwa gerakan 30 September 1965, pada dasarnya berlangsung selama dua hari. Pada tanggal 30 September dilakukan kegiatan koordinasi dan persiapan, serta tanggal 1 Oktober 1965 dini hari dilakukan kegiatan pelaksanaan penculikkan dan pembunuhan.

Terjadinya pemberontakan secara kronologi dapat dijelaskan sebagai berikut:

  • Gerakan 30 September 1965 berada dibawah kendali Letkol. Untung dari Komando Batalyon I resimen Cakrabirawa
  • Letkol Untung menunjuk Lettu Dul Arief menjadi ketua pelaksanaan penculikan.
  • Pasukan bergerak mulai pukul 03.00, enam Jendral menjadi korban penculikkan dan pembunuhan yakni Letjen. Ahmad Yani, Mayjen. R. Soeprapto, Mayjen. Harjono, Mayjen. S. Parman, Brigjen D.I. Panjaitan dan Brigjen Sutoyo dan satu perwira yakni Lettu Pierre Tandean. Keseluruhannya dimasukkan kedalam lubang di kawasan Pondok Gede, Jakarta.
  • Satu Jendral selamat dalam penculikkan ini, yakni Jenderal A.H. Nasution, namun putrinya menjadi korban, yakni Ade Irma Suryani, serta ajudannya Lettu. Pierre Tandean.
  • Korban lain ialah, Brigadir Polisi K.S. Tubun wafat ketika mengawal rumah Dr. J. Leimana.
  • Gerakan ini menyebar juga di Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta, Kolonel Katamso dan Letkol. Sugiono menjadi korban karena tidak mendukung gerakan ini.
  • Setelah berhasil menculik dan membunuh petinggi AD, PKI menguasai gedung Radio Republik Indonesia, dan mengumumkan sebuah dekrit yang diberi nama Dekrit no.1, yakni pernyataan bahwa gerakan G30S adalah upaya penyelematan negara dari Dewan Jendral yang ingin mengambil alih negara.

Penumpasan Pemberontakan G30S PKI
Gerakan 30 September 1965 menyebabkan kebingungan terhadap masyarakat Indonesia, khususnya Jakarta. Mereka mempertanyakan kemana para petinggi Angkatan Darat tersebut? Pertanyaan lainnya ialah siapa yang mengaku dirinya Dewan Revolusi yang menyiarkan berita tentang Dekrit no.1?

Kebingungan yang dirasa masyarakat Indonesia langsung direspon oleh pemerintah. Mayjen Soeharto sebagai Panglima Kostrad (Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat), setelah menerima laporan serta membuat perkiraan, mengambil kesimpulan bahwa para perwira tinggi itu telah diculik dan dibunuh.

Berdasarkan kesimpulan tadi, Mayjen Soeharto langsung mengambil alih pimpinan Angkatan Darat guna menindaklanjuti peristiwa yang terjadi di tanggal 30 September tersebut.

Langkah penumpasan dimulai pada tanggal 1 Oktober 1965, TNI berusaha menetralisasi pasukan-pasukan yang menduduki Lapangan Merdeka.

Baca Juga: 4 Cara Memperluas Pengetahuan Sejarah, Salah Satunya Melalui Medsos

Selanjutnya, Mayjen Soeharto menugaskan kepada Kolonel Sarwo Edhi Wibowo untuk merebut kembali gedung RRI dan Pusat Telekomunikasi, dan tugas tersebut selesai dalam waktu singkat dan tanpa pertumpahan darah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI