Suara.com - Pembelajaran jarak jauh alias PJJ memberi tantangan tersendiri baik kepada murid maupun guru. Salah satu yang paling banyak ditemui adalah murid melakukan off cam alias mematikan kamera saat PJJ berlangsung.
Hal ini dikatakan Nunun Maslukah, Kepala Sekolah SMAN 74 Jakarta, yang mengatakan, “Selama proses belajar jarak jauh, para murid sering off cam atau mematikan kamera saat belajar."
Sebagai guru, Nunun biasanya memberikan toleransi kepada murid yang melakukan off cam. Tapi, hal ini kemudian menjadi problem dalam proses belajar.
Off cam, dikatakan Nunun, menjadi isu hangat di kalangan pendidik, karena dianggap mengganggu proses belajar para murid.
Nunun merupakan satu dari 11 kepala sekolah yang terpilih dalam program Jakarta Principal Shadowing Program, yaitu program peningkatan kompetensi manajerial kepala sekolah negeri di lingkungan DKI Jakarta yang diadakan oleh Jakarta Intercultural School atau JIS bekerjasama dengan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) dan Dinas Pendidikan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Melalui bimbingan dari para pengajar berpengalaman dari Jakarta Intercultural School, Nunun kemudian terinspirasi untuk lebih mengurangi toleransi kepada para murid yang melakukan off cam.
"Dalam program ini, kami didorong untuk meningkatkan disiplin, misalnya satu kali diizinkan off cam. Jika terjadi yang kedua, maka mereka akan dianggap tidak ikut kelas,” tambahnya.
Dede Hidayat, Kepala Sekolah SMKN 40, Jakarta Timur, mengungkapkan, “Tantangan kepala sekolah saat ini adalah me-manage orang-orang. Terkait guru, kami harus bisa memotivasi mereka dan meningkatkan self-discipline. Kepala sekolah dituntut untuk bisa meningkatkan performa guru agar memiliki komitmen yang kuat dalam mengajar.”
“Ada murid yang hanya mematikan kamera di jam tertentu. Setelah diselidiki, ternyata ia setiap pagi disuruh orangtua ke pasar. Kami pun berdialog dengan orangtua untuk memberi pengertian tentang proses belajar jarak jauh yang baik dan kini tidak terjadi lagi,” tambah Dede.
Selain masalah off cam, dari program ini, Dede juga mendapat inspirasi lain, salah satunya yang penting adalah data sistematis tentang murid.
Baca Juga: Cara Belajar Baru Pendukung Pendidikan di Masa Pandemi
“Saat ini Wakil Bidang Kesiswaan di sekolah hanya mendata masalah-masalah berat yang dilakukan murid. Kalau kami punya data yang lebih sistematis dan detail tentang para murid, kami bisa mendeteksi masalah lebih dini dan mampu mencegahnya, seperti yang diterapkan di JIS,” tambahnya.