Tekanan darah dan detak jantung yang meningkat karena bekerja secara berlebihan ini juga dapat memicu aritmia, resistensi insulin, hiperkoagulasi, hingga iskemia bagi mereka yang memiliki aterisklerotik tinggi.
Pada jangka waktu yang lebih panjang, hustle culture adalah salah satu hal yang berpotensi menyebabkan stroke karena fibrilasi atrium, kondisi di mana detak jantung tidak stabil dan memicu darah terkumpul di atrium kiri.
Parahnya lagi, hustle culture tidak hanya memberi dampak negatif bagi kesehatan fisik, namun juga mental, seperti cemas, depresi, hingga keinginan untuk bunuh diri.

Cara menghadapi hustle culture
Jangan membandingkan diri dengan orang lain
Saat melihat media sosial, terkadang kita tidak sengaja membandingkan diri dengan orang lain yang mungkin terlihat lebih mapan dengan pekerjaannya. Melihatnya sebagai motivasi tentu boleh, namun jangan sampai hal ini memicumu untuk bekerja terlalu keras. Ingatlah bahwa setiap orang memiliki jatahnya masing-masing.
Tahu batas
Satu-satunya orang yang mengetahui kemampuan beban kerja adalah diri sendiri. Oleh karena itu, penting untuk mengukur kapasitas dan memberanikan diri menolak pekerjaan di luar hal tersebut.
Intinya, berkerja terlalu keras hingga menerapkan hustle culture adalah sesuatu yang sebaiknya dihindari. Bukankah segala sesuatu yang berlebihan pada dasarnya memang tidak baik?
Baca Juga: Jika belum Punya 6 Hal Ini, Jangan Buru-buru Resign dari Pekerjaan!