Suara.com - Belakangan ini, istilah hustle culture cukup ramai digunakan dalam lingkup pekerjaan. Apa itu hustle culture sebenarnya? Apakah hustle culture adalah hal yang wajar?
Seorang pekerja yang menganut budaya hustle culture umumnya menghabiskan waktu mereka untuk bekerja sampai-sampai melupakan waktu untuk istirahat. Tentu saja budaya ini tidak sepatutnya dipelihara. Dalam jangka waktu yang panjang, itu dapat membahayakan kesehatan.
Supaya tidak terjebak dengan budaya ini, mari kenali budaya hustle culture lebih dekat dan mencari tahu bagaimana cara mengatasinya.

Dilansir dari laman The Finery Report, hustle culture didefinisikan sebagai kondisi di mana seseorang memiliki jam kerja tidak terbatas. Mereka yang melakukan hustle culture sering dianggap sebagai workaholic karena bekerja tanpa mengenal waktu.
Dengan menganut budaya hustle culture, seseorang akan berpikir bahwa demi mencapai kesuksesan hidup, waktu yang ada harus didedikasikan sepenuhnya untuk selalu bekerja keras.
Hustle culture disebut dapat menciptakan kondisi lingkungan kantor yang tidak sehat. Para pekerja akan berkompetisi untuk mendapat pengakuan atau posisi tertentu dengan motivasi yang salah seperti overworking.
Sayangnya bukannya mencapai impian, hustle culture justru berbahaya untuk kesehatan baik fisik maupun mental.
Dampak buruk hustle culture
Baca Juga: Jika belum Punya 6 Hal Ini, Jangan Buru-buru Resign dari Pekerjaan!
Pada sebuah penelitian dalam Current Cardiology Reports di tahun 2018 lalu, ditemukan bahwa mereka yang bekerja lebih dari 50 jam per minggu akan memiliki risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular seperti serangan jantung lebih tinggi.
BERITA TERKAIT
Cara Menghitung Upah Lembur di Libur Lebaran Berdasarkan Aturan Terbaru
14 Maret 2025 | 14:22 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI