Suara.com - Di tengah meningkatnya minat masyarakat untuk berinvestasi saham atau mata uang kripto, masih ada para ahli investasi, pengamat properti, atau pelaku investasi yang mengklaim bahwa investasi properti masih menjadi salah satu instrumen investasi yang patut dipertimbangkan.
Investasi properti memang memerlukan modal yang relatif lebih besar dan tidak se-liquid dibandingkan instrumen investasi lain. Meskipun demikian, banyak yang berpendapat bahwa nilai properti masih lebih stabil daripada investasi yang bentuknya lebih cair.
Risiko mengalami kerugian besar dari properti juga dirasa lebih minim dengan anggapan bahwa properti adalah aset. Kenaikan harganya memang tidak instan, cepat, dan tinggi, tapi pelan dan pasti. Bahkan dalam situasi pandemi sekalipun.
Meski dihantam efek pandemi, jual-beli dan penyewaan properti memang menjadi kurang bergairah dan banyak investor yang menurunkan harga jual atau harga sewa. Namun, nilai tanah, rumah, bangunan, apartemen, atau aset properti lain masih dalam rentang yang masuk akal.
Baca Juga: 4 Ciri-ciri Investasi Bodong, Waspada Jangan Sampai Tergiur Janji Palsu!
Kestabilan dan rasa aman inilah yang masih disukai banyak investor konvensional. Terutama yang sudah cukup berumur dan/atau memiliki modal untuk berinvestasi properti.
Meskipun membutuhkan waktu untuk balik modal atau merasakan keuntungannya, keputusan yang tepat dalam berinvestasi properti juga bisa memberikan keuntungan yang luar biasa.
Maka dari itu, memilih properti yang tepat menjadi sangat krusial. Jangan sampai terjebak dengan aset properti yang kurang bergairah dan akan menyebabkan Anda mengalami kerugian.
Dekoruma telah mengumpulkan enam kesalahan umum yang perlu Anda hindari apabila berminat untuk mulai berinvestasi properti, sudah mulai berinvestasi properti, atau juga merupakan pemain lama dalam bidang ini.
1. Tergiur Harga Murah dari Pengembang Properti Bodong
Mungkin Anda sudah sering mendengar kasus pembeli properti yang harus merugi karena pengembang properti yang kabur tanpa menyelesaikan kewajibannya. Uang muka dalam jumlah besar sudah disetorkan, tapi propertinya merupakan properti fiktif yang tidak ada bangunan atau unit fisiknya.
Baca Juga: Masih Bingung? Ini 9 Alasan Kamu Harus Berinvestasi
Untuk menghindari kesalahan fatal ini, pastikan untuk selalu mengecek reputasi dan rekam jejak pengembang properti. Terutama ketika membeli properti dengan sistem pre-order, yang mana bangunan fisiknya belum dibangun.
Selain memilih pengembang properti yang terpercaya, pastikan untuk selalu mengecek syarat-syarat yang perlu dilakukan ketika membeli properti. Waspada terhadap sistem yang mewajibkan pembayaran uang muka yang terlalu besar atau sistem pembayaran yang kurang transparan.
2. Membeli Properti Tanpa Legalitas yang Jelas
Dalam konteks membeli properti yang sudah memiliki bangunan fisik atau properti secondary, selalu pastikan kalau legalitas dan kelengkapan dokumen properti tersebut tidak ada cela.
Dokumen-dokumen ini seperti akta jual-beli (AJB), perjanjian pengikatan jual beli (PPJB), pajak bumi dan bangunan (PBB), serta surat-surat penting lainnya. Pastikan juga bahwa properti terkait bukan properti yang telah disita, sengketa, atau warisan yang bermasalah.
Bukan hanya potensi biaya tambahan dan proses mengurus surat-suratnya yang memakan waktu dan tenaga, properti yang bermasalah secara hukum bisa berisiko menyeret Anda sebagai pembeli ke jalur hukum juga.
3. Tidak Melakukan Riset dan Survei yang Matang
Secara umum, ketika membeli properti untuk tempat tinggal pribadi atau investasi, langkah ini benar-benar tidak boleh terlewatkan. Melakukan riset pada properti incaran sebelum membelinya sangat krusial dan bisa menghindari kekecewaan atau kerugian di masa mendatang.
Mulailah dengan melakukan riset harga pasar yang wajar. Dengan demikian, Anda tidak begitu saja membeli dan bisa menolak ketika mendapat tawaran harga yang terlalu tinggi. Setelah riset, pastikan untuk selalu melakukan survei langsung ke lokasi properti yang akan dibeli.
Dengan datang dan melihat langsung, Anda bisa melakukan inspeksi mandiri. Melihat kualitas bangunan, interior, fasilitas, akses menuju ke lokasi properti, keadaan lingkungan sekitar, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi keputusan.
Bila hanya melihat dari brosur, media sosial, atau video saja, rasanya seperti membeli kucing dalam karung dan bisa saja tidak sesuai dengan keinginan.
4. Properti yang Kurang “Seksi”
Jika Anda melakukan langkah yang sebelumnya, kesalahan ini akan bisa dihindari. Membeli properti yang kurang “seksi” akan membawa kerugian untuk seorang investor properti. Terutama apabila target investasi untuk jangka pendek dan menengah dengan menyewakan properti tersebut.
Properti yang kondisi bangunannya buruk, interiornya kurang indah, aksesnya sulit, tidak tersedia transportasi umum yang memadai, jaraknya jauh dari fasilitas umum esensial (kesehatan, pendidikan, rekreasi, dan belanja) malah akan jadi bumerang buat Anda.
Alih-alih cepat mendapatkan penyewa, malah tidak ada yang berminat untuk menyewa properti dengan kondisi seperti itu. Dijual kembali pun juga akan sulit karena spesifikasinya yang kurang diminati.
5. Lebih Besar Biaya daripada Pendapatan
Melakukan riset dan survei juga akan mencegah Anda melakukan kesalahan ini. Tidak hanya budget untuk membeli propertinya itu sendiri, perhitungkan juga kesanggupan untuk membayar biaya pemeliharaan dan perawatan properti selama tidak tersewa.
Biaya-biaya seperti listrik, air, kebersihan, pemeliharaan lingkungan, pemeliharaan fasilitas, iuran pengelolaan lingkungan (IPL) pada apartemen, dan biaya-biaya lainnya yang apabila ditotal mungkin juga akan terasa efeknya pada kondisi finansial.
Sambil menunggu properti tersewa, jangan sampai biaya-biaya ini malah menjadi beban dan berpengaruh pada kondisi ekonomi sehari-hari Anda dan keluarga.
6. Mengabaikan Perawatan dan Pemeliharaan
Setelah membeli properti yang sesuai dengan keinginan, usaha Anda tidak berhenti sampai di situ saja. Memelihara, merawat, dan memastikan properti dalam kondisi prima ketika akan disewakan atau dijual kembali juga penting untuk dilakukan. Calon penyewa dan pembeli tentu tidak akan tertarik dengan properti yang tidak terawat.
Upaya perawatan dan pemeliharaan pribadi juga masuk ke dalam pengeluaran untuk investasi properti. Memperbaiki bangunan fisik properti yang rusak, mengganti atau menambahkan furnitur, mengecat ulang, memperbaiki sistem perpipaan, dan masih banyak lagi.
Properti yang diabaikan dan dibiarkan rusak dalam keadaan tidak baik hanya akan merugikan investor properti. Pada akhirnya, semakin besar biaya yang harus dikeluarkan untuk mengembalikannya pada kondisi prima.
Ketika kesalahan-kesalahan ini dihindari, investasi properti akan menjadi instrumen investasi yang menguntungkan untuk jangka panjang. Properti akan jadi lebih cepat tersewa ataupun terjual kembali ketika dibutuhkan.
Artikel Terkait:
Yuk, Pahami Investasi Properti dan Cara Melakukannya!
Semua yang Harus Kamu Ketahui Mengenai Jual Beli Rumah!
Butuh Uang? Ikuti 7 Tips Cara Cepat Jual Rumah Ini
Published by Dekoruma |