Suara.com - Ponsel Siska berdering saat ia tengah istirahat sepulang kerja. Ada sebuah panggilan masuk. Di layar tertulis nama 'Indra', seorang teman lamanya. Ia langsung menyambar ponsel itu dan menekan layar ikon berwarna hijau.
"Halo, bisa engga kamu bantu donor (darah) untuk kakakku?" ujar Indra di ujung telepon.
Malam itu Indra mengaku sangat butuh transfusi darah O+ untuk kakaknya, Eko Budiutomo. Kondisinya kritis. Sang kakak didiagnosis mengalami gagal ginjal stadium empat. Dokter menyebut ada kista bersarang di ginjal Budi panggilan akrab Eko Budutomo, hampir kurang lebih satu tahun. Situasi itu membuat fungsi ginjal Budi terus menurun, sehingga ia mesti bolak-balik ke rumah sakit untuk cuci darah.
Semua peristiwa itu terjadi pada Januari 2021. Kala itu Budi masih berusia 42 tahun. Kariernya cukup moncer. Ia baru saja serah terima jabatan malam itu. Di rumah, ia punya seorang anak berusia delapan tahun. Mendengar semua cerita Indra, tanpa sadar air mata jatuh di pipi Siska.
Baca Juga: Dinsos Tangerang Bantu Janda yang Nekat Ingin Jual Ginjal Karena Terlilit Utang
"Saya bersedia menjadi ginjal untuk kakakmu, jika semua catatan dan kondisi medis saya dinyatakan baik dan cocok," ujar pemilik nama lengkap Fransiska Ncis itu.
Siska sadar malam itu ia tidak bisa berbuat banyak. Eko tengah berada di Cikarang, Jawa Barat. Sedangkan Siska, tinggal di Jakarta. Butuh waktu sekitar satu setengah jam agar Siska bisa menempuh jarak 60 km dari Jakarta ke Cikarang. Sedangkan kala itu waktu sudah cukup malam.
Sehingga malam itu Siska hanya berjanji untuk menyebarkan pesan ke semua kontak yang dimilikinya bahwa Budi membutuhkan transfusi darah O+. Ia menyarankan Indra untuk mencari orang terdekat untuk bisa mendonorkan darah ke Budi pada malam itu.
Dengan kondisi Budi pada saat itu, Siska sadar betul bahwa donor ginjal merupakan solusi terbaik untuk pasien gagal ginjal saat ini. Indra juga tahu persis bahwa sang kakak memang membutuhkan donor ginjal.
Namun dari keluarga kala itu tidak ada yang bisa memenuhi syarat. Ibu mereka waktu itu sudah cukup tua. Sedangkan, golongan darah Indra dan Budi juga berbeda, sementara yang lain masih memiliki kekhawatiran akan tindakan donor ginjal yang akan diambil.
Baca Juga: Hits Kesehatan: Gejala Ginjal Bermasalah, Rawat Spirit Doll Tanda Tak Waras?
Selang satu bulan kemudian, Siska berkunjung ke Cikarang, Jawa Barat. Ia berusaha menjelaskan niatnya ke keluarga besar Indra dan Budi. Penolakan awal justru sempat datang dari Indra.
"Engga Sis, kamu kan banyak kegiatan kemanusiaan, nanti bagaimana kalau ginjal kamu tinggal satu. Masih banyak orang butuh kamu," ungkap Indra.
Namun, Siska meyakinkan bahwa karena kondisinya sehat dan tidak memiliki penyakit bawaan yang membuat tekadnya bulat mendonorkan ginjal miliknya untuk Budi. Meski demikian, baik Indra dan Budi masih sulit untuk percaya niat baik Siska. Terlebih isu jual beli ginjal di Indonesia masih cukup kuat.
Tapi, Siska berusaha kembali meyakinkan Budi. Ia menjelaskan, dengan kondisi Budi yang demikian, mereka harus berkejaran dengan waktu. Semakin cepat donor ginjal dilakukan, akan semakin besar peluang untuk memperbaiki kondisi Budi.
"Saya juga enggak minta (uang) sama sekali. Karena saya tahu persis kalau jual beli ginjal ilegal, dan saya akan kena dan dipenjara. Jadi saya kena, rumah sakit pun kena," kata Siska.
Proses Donor Ginjal
Seluruh proses dari awal pendaftaran hingga pascaoperasi membutuhkan waktu 10 bulan. Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo menjadi rumah sakit pilihan untuk menjalankan proses tersebut. Siska terpaksa merelakan pekerjaannya. Ada sejumlah tahapan yang mesti ia lakukan mulai dari registrasi, edukasi, advokasi, hingga operasi itu sendiri.
"Saya tidak mungkin untuk minta izin setiap hari ke kantor. Sehingga karena waktu itu juga pandemi dan perusahaan sedikit goyang, saya memutuskan untuk resgin dan fokus pada proses donor ginjal ini," ujar dia.
Setelah beberapa bulan menjalani proses pemeriksaan, hari bersejarah itu tiba. Sejak 2 November 2021 ia telah diminta berada di RSCM untuk menjalani proses karantina. Siska dijadwalkan untuk masuk meja operasi pada 9 November 2021.
"Hari ini adalah hari terakhir saya bisa merasakan sebagai manusia berginjal dua. Besok saya akan melihat satu ginjal saya berada di raga orang lain. Kepingan dari diri saya menjadi jawaban hidup dari pergumulan & penantian hidup seseorang," tulis Siska di akun Twitternya pada 8 November 2021.
"Umur tidak ada yang tahu. Karena waktu bukan kita yang punya. Untuk itu saya mohon maaf, apabila saya mempunyai salah atau menyakiti hati, kepada siapapun itu. Baik saya sadari ataupun tanpa saya sadari. Sekali lagi, saya mohon doa untuk operasi saya besok pagi. Agar semua berjalan lancar, dan begitupun setelah saya siuman."
Hari operasi itu tiba. Ia telah siap dengan baju berwarna hijau khas untuk menjalani operasi. Jarum jam menunjukkan pukul 06.30 WIB. Dari ruang karantina, ia didorong melewati lorong menuju kamar bedah. Tepat di ruang operasi sang ibu menghampirnya. Ia memeluk erat Siska yang berada di kursi roda.
"Bu, andai sampai terjadi apa-apa padaku saat operasi berlangsung, Ibu jangan menyalahkan siapa-siapa ya. Semua pasti sudah melakukan yangg terbaik. Dan ini sudah keputusan saya. Ibu harus mendoakan, tidak boleh sedih atau panik selama operasi berlangsung. saya janji akan berjuang di dalam sana dan keluar dengan membuat Ibu lega dan bangga," ujar Siska dalam dekapan sang ibu.
Ia akhirnya didorong masuk ke ruang operasi. Di dalam, dokter telah bersiap dengan segala perlengkapannya. Ia kemudian berbaring di tempat tidur. Jarum anestesi disuntikan ke tubuhnya. Ia tidak sadarkan diri.
Sebuah selang kemudian dimasukkan ke tenggorokannya. Berbagai alat penunjang medis juga tak lama dipasang di tubuhnya. Hanya alat yang terpasang ditubuhnya itu yang jadi pertanda kehidupannya.
Di luar ruangan operasi, sang ibu menunggunnya dengan tenang. Setelah kurang lebih delapan jam operasi itu usai. Siska akhirnya siuman. Ia dibawa ke ruang pemulihan pasca operasi. Di sana ia berbaring sambil menyanyikan kidung untuk Tuhan sebagai rasa syukur.
“Tanpa donor organ tidak ada cerita, tidak ada harapan, tidak ada transplantasi. Tetapi ketika ada donor organ, kehidupan muncul dari kematian, kesedihan berubah menjadi harapan dan kehilangan yang mengerikan menjadi hadiah.”