Suara.com - Tempe identik sebagai salah satu lauk favorit orang Indonesia. Pangan berbasis nabati atau plant-based ini tak hanya kaya nutrisi yang berguna untuk kesehatan, tetapi juga bermanfaat dalam menjaga keberlanjutan lingkungan hidup.
Hal ini dikatakan oleh Guru Besar FMIPA IPB Prof. Dr. Ir. Antonius Suwanto, M.Sc. saat konefrensi pers virtual, Kamis (6/1/2022), yang dikutip dari Antara.
Selain sehat dan enak, Anton juga menegaskan bahwa makanan yang baik juga harus mempertimbangkan dari segi keberlanjutan dan ramah lingkungan di balik proses pembuatannya, dari hulu hingga hilir.
Nah, tempe yang terbuat dari kacang kedelai juga menyimpan keunggulan dalam segi lingkungan jika dibandingkan dengan daging sapi.
Menurut data dari Our World in Data pada 2018, untuk menghasilkan 1.000 kilokalori daging sapi, setidaknya bisa menghabiskan lahan seluas 119,49 meter persegi. Sementara 1.000 kilokalori kacang-kacangan hanya membutuhkan lahan 2,11 meter persegi.
Baca Juga: 8 Makanan Penurun Kolesterol, Mulai dari Alpukat Hingga Tempe-Tahu
Dari sisi gas rumah kaca, satu kilogram daging sapi dapat menghasilkan emisi gas sebesar 99,48 kgCO2eq, sementara satu kilogram kacang-kacangan hanya menghasilkan 0,43 kgCO2eq.
“Makanan berbasis hewani memang lebih banyak memberikan emisi gas rumah kaca dibandingkan makanan nabati,” kata Anton.
Selanjutnya dari segi kebutuhan air, keunggulan kacang-kacangan pun tidak jauh berbeda. Untuk satu kilokalori daging sapi dibutuhkan 10,19 liter air, sementara satu kilokalori kacang-kacangan hanya dibutuhkan 3,63 liter air.
“Oleh sebab itu, kita harus melihat makanan dari segi prosesnya. Harus memperhatikan proses supply chain-nya hingga sampai ke meja makan kita,” pungkas Anton.
Baca Juga: Jadi Makanan Favorit, Kemenparekraf Berharap Tempe Bisa Tembus di Pasar Global