Kenali Keunikan Setiap Daerah, Ini 3 Teori Pola Keruangan Kota

Rabu, 05 Januari 2022 | 11:38 WIB
Kenali Keunikan Setiap Daerah, Ini 3 Teori Pola Keruangan Kota
Ilustrasi Kenali Keunikan Setiap Daerah, Ini 3 Teori Pola Keruangan Kota (pixabay.com)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dalam pelajaran geografi ada yang disebut dengan teori pola keruangan kota. Berbagai teori yang digunakan untuk mempelajari keunikan setiap kota di satu daerah.

Keunikan kota inilah yang kerap dijadikan sebagai ciri khas, dan sulit ditemukan di kota lainnya. Ciri khas kota juga bisa menggerakan aktivitas ekonomi, tradisi hingga keseharian masyarakat kota tersebut.

Tapi untuk mempelajarinya tidak mudah, karena harus mengenali aspek keruangan dan struktur kota, yang bisa dicari tahu dengan macam-macam teori pola keruangan kota sebagai berikut, mengutip Ruang Guru, Rabu (5/1/2022).

1. Teori Konsentris
Teori ini ditelurkan Ernest Burgess, seorang sosiolog asal Chicago, Amerika Serikat, mengemukakan teori ini, yang menjelaskan mengenai struktur kota yang berkembang secara teratur, mulai dari bagian inti kota, hingga ke bagian pinggirannya.

Baca Juga: Jadi Wali Kota Terpegah Tahun 2021, Respon Gibran Justru Menggelikan

Dalam teori ini, pola ruang dari suatu kota semakin meluas hingga menjauhi titik pusat kota.

Zona yang terbentuk akibat pemekaran wilayah mirip sebuah gelang yang melingkar dengan pengelompokan daerah atas 5 zona, yakni:

Zona 1
Sebagai pusat kota dan kegiatan inti, seperti bisnis dan pemerintahan atau central business district (CBD).

Zona 2
Sebagai penunjang pusat kota atau zona peralihan. Umumnya terdapat banyak aktivitas perdagangan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di kota tersebut.

Zona 3
Khusus sebagai permukiman kelas pekerja atau buruh. Daerah tersebut dipilih sebagai tempat tinggal agar biaya transportasi pekerja tidak mahal.

Baca Juga: Bobby Nasution Siap Bangkitkan Atletik Sumut

Zona 4
Hampir sama dengan zona 3 sebagai tempat tinggal pekerja, namun perbedaannya ialah zona ini digunakan bagi pekerja kelas menengah.

Pekerja kelas menengah yang dimaksud yakni profesional yang telah memiliki jabatan yang menunjang, sehingga mereka memilih untuk tinggal sedikit lebih jauh dari pusat kota, untuk menghindari kepadatan di zona 3.

Zona 5
Yakni permukiman bagi orang-orang yang menginginkan tempat tinggal yang tenang dan jauh dari keramaian kota. Zona ini merupakan permukiman yang beralih ke zona pertanian.

Teori konsentris dapat diterapkan di wilayah-wilayah yang lingkungannya sangat mudah untuk dibangun jalur transportasi. Karena transportasi menjadi hal yang vital pada teori ini.

2. Teori Sektoral
Dikemukakan oleh Homer Hoyt pada tahun 1930. Teori ini muncul sebagai bertentangan dari teori sebelumnya. Di mana struktur perkembangan kota tumbuh tidak teratur.

Pertumbuhan kota tidak hanya dimulai dari bagian inti kota, namun dari wilayah sektoral-sektoral, yang kemudian menyebar ke sekitarnya.

Tidak berbeda jauh dengan teori sebelumnya, teori sektoral juga memiliki 5 jenis pengelompokan zona yang sama dengan teori konsentris.

Perbedaan yang mendasar terletak pada tingkat perkembangan penduduk di kota sehingga membuatnya tumbuh tidak teratur.

3. Teori Inti Ganda
Kemudian yang terakhir, teori keruangan kota yang didasari atas nilai sejarah yang berkaitan dengan perubahan tempat tinggal penduduk kota tersebut. Teori ini dicetuskan oleh Alonso pada tahun 1964.

Perubahan tempat tinggal yang dimaksud, yakni masyarakat tertarik untuk membangun permukiman di pinggiran wilayah CBD (central business district atau pusat kota).

Lantara wilayah CBD mengalami perubahan teknologi yang cepat di bidang transportasi dan komunikasi. Hal ini kemudian menjanjikan kenaikan standar hidup bagi penduduknya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI