Suara.com - Industri manufaktur konstruksi dan pengelola kawasan industri identik dengan dunia yang didominasi oleh kaum laki-laki. Namun, stereotip ini dipatahkan oleh PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) lewat salah satu anak perusahaannya, PT Kaltim Industrial Estate (KIE), yang memiliki seorang pemimpin perempuan, Minarni F Dwiningsih, selaku Direktur Utama PT Kaltim Industrial Estate (KIE).
Perempuan yang akrab disapa Wiwin ini merupakan sosok wanita pertama yang menduduki posisi direktur utama di anak perusahaan PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim/PKT). Menduduki jabatan barunya sejak pertengahan 2021 lalu, Wiwin tetap merasa nyaman berada di industri yang didominasi pria ini.
Statusnya sebagai ibu dari dua orang anak ternyata tidak membuat kariernya surut selama 27 tahun terakhir. Sampai akhirnya kini Wiwin memimpin 185 karyawan untuk menjalankan lima pilar bisnis utama perusahaan.
Sebagai seorang nahkoda utama di perusahaan, Wiwin tak luput dari berbagai tantangan, terlebih di tengah terpaan pandemi. Bagi seorang manajemen tertinggi yang bertugas untuk mempertahankan perusahaan agar tetap berkembang dan berkelanjutan, optimisme menjadi hal penting untuk dapat melalui rintangan yang ada.
Baca Juga: Meninjau Kepemimpinan Sri Mulyani dalam Kementerian Keuangan
“Selama pandemi, beberapa bidang bisnis sudah pasti terdampak, seperti KIE yang memiliki pilar bisnis kawasan industri, rekayasa dan konstruksi, properti, beton, dan trading juga tidak terkecuali. Namun, kami tetap bekerja secara optimal, dengan fokus menciptakan bisnis perusahaan yang berkelanjutan. Seperti contoh, dalam produksi beton yang pada awal pandemi cukup terdampak, dimana penjualan beton hanya tercapai 38% dari target. Namun, pada semester kedua tahun 2021 kami berhasil merealisasikan laba penjualan beton yang meningkat hingga 300 persen dari target,” jelas Wiwin.
Saat ini, KIE mengelola kawasan industri yang mencapai luas lahan sekitar 214 hektar (ha) dengan 11 perusahaan atau pabrik di dalamnya. Selain di Kalimantan Timur, KIE juga tengah mengkaji pembangunan kawasan industri di Papua Barat, dimana Pupuk Kaltim mendapatkan mandat untuk membangun pabrik amoniak, urea, dan methanol.
Membawa Sifat Keibuan yang Memberi Kenyamanan Untuk Semua Karyawan
Untuk tetap mencetak kinerja perusahaan yang maksimal di tengah berbagai tantangan, ada lima poin strategi kepemimpinan yang Wiwin terapkan, di antaranya membuat dan merencanakan target dengan baik, mendelegasikan pekerjaan kepada orang yang tepat, melakukan monitoring secara intensif untuk melihat perkembangan proyek, rutin mengadakan diskusi bersama pihak terkait untuk lebih memahami kondisi proyek terlebih lagi saat ada kendala, dan memberikan coaching terhadap tim untuk bisa belajar dan tumbuh bersama.
Gaya kepemimpinan yang penuh energi serta kepedulian yang tinggi terhadap seluruh karyawan tanpa mengenal jabatan merupakan ciri khas utama Wiwin dalam memimpin timnya. Sikap gesit dan penuh semangat yang ia tularkan pada tim, membuat Wiwin dan timnya dikenal sebagai tim “Bandung Bondowoso” karena selalu siap siaga menggarap dan menyelesaikan proyek pemeliharaan dengan cepat.
Baca Juga: Gaya Kepemimpinan Perempuan di Tengah Pandemi COVID-19, Cenderung Lebih Demokratis?
Karakter dan naluri keibuan yang dimilikinya seringkali terbawa dalam menjalankan profesinya. Hal inilah yang membawa Wiwin dicintai oleh karyawannya hingga menjadi sosok “Ibu” bagi karyawan untuk membagi keluh dan kesah mereka.
Bagi perempuan lulusan teknik sipil yang sejak bangku SMA aktif di komunitas pecinta alam ini, menjadi perempuan di tengah mayoritas laki-laki di bidang manufaktur dan kawasan industri nyatanya membuat dirinya menjadi semakin tertantang.
“Alhamdulillah ekosistem bekerja yang tercipta semasa karir saya di KIE dan Pupuk Kaltim selalu mendukung siapapun berkembang dan mendapatkan kesempatan yang sama untuk maju ke jenjang yang lebih tinggi tanpa membedakan gender, sepanjang memenuhi standar kompetensi,” tutur Wiwin.
Sebagai seorang ibu pekerja dengan dua anak perempuan, Wiwin mengakui bahwa membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga merupakan sebuah tantangan tersendiri.
Namun, dengan dukungan dari suami yang sekaligus merupakan pendorong terbesar bagi Wiwin, dirinya mampu mengemban tugas sebagai ibu dan pekerja. Lebih lanjut, Wiwin pun terinspirasi oleh kegigihan ibunya yang juga wanita pekerja namun piawai membagi waktu dan atensi dalam membesarkan dia dan kelima saudaranya.
“Menjadi seorang ibu pekerja memang dihadapkan dengan beragam dilema. Meski begitu, bukan berarti kita tidak bisa menjalankan kedua peran tersebut dengan baik. Meskipun pekerjaan padat, saat anak-anak masih kecil, saya selalu menyempatkan untuk pulang ke rumah saat jam istirahat untuk sekedar menyapa, memberi makan, atau menemani anak-anak tidur siang walau hanya sebentar. Saya bersyukur dengan kemudahan yang diberikan, dimana lokasi kantor dengan rumah saya jaraknya tidak terlalu jauh. Saya memahami bahwa kehadiran saya sebagai seorang ibu tentunya diperlukan oleh anak,” tutur wanita yang kini sudah memiliki satu orang cucu ini.
Dengan adanya teknologi, Wiwin yang penuh dengan kesibukan dapat terus berhubungan dengan keluarganya yang saat ini berdomisili di Jakarta. Ia pun bersyukur di era modern yang serba digital ini menghapuskan pembatas untuk terus bisa berkomunikasi dan menunjukkan kasih sayang kepada orang lain.
Sosok pemimpin keibuan ini memegang teguh sebuah nilai yang diterapkan dalam kehidupannya, yaitu selalu memberikan yang terbaik dalam melakukan apapun bagi siapapun dan dimanapun.
“Semangat juang untuk memberikan yang terbaik dalam setiap tugas yang kita emban dan tidak kenal lelah untuk terus berkarya merupakan kunci dalam meraih kesuksesan. Akan tetapi yang paling utama adalah tingkatkan ibadah melalui perbanyak bersedekah serta dibantu dengan doa, khususnya doa seorang ibu,” tutup Wiwin.