5 Rahasia Sukses Jualan Fried Chicken Hingga Jadi 300 Cabang di Indonesia

Senin, 20 Desember 2021 | 19:55 WIB
5 Rahasia Sukses Jualan Fried Chicken Hingga Jadi 300 Cabang di Indonesia
Ayam goreng. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menu fried chicken atau ayam goreng sudah sangat familiar bagi masyarakat Indonesia, sehingga pelaku usaha lokal maupun mancanegara yang berjualan menu ini.

Tapi bagi masyarakat Jabodetabek, Bandung, Surabaya hingga Sumatera Barat, brand ayam goreng lokal, nama d'BestO sudah tidak asing karena sudah memiliki lebih dari 300 outlet di Indonesia.

Tapi penasaran nggak sih apa rahasianya, membuat usaha ayam goreng terus berkembang? Berikut kiatnya yang dijabarkan Wahyu Pambudi, Corporate Secretary d’BestO, mengutip siaran pers Shopee Pay, Senin (20/12/2021).

1. Siasati Krisis dengan Kreatif

Baca Juga: 7 Makanan Terenak di Dunia Tahun 2021, Ada Rendang Kebanggaan Indonesia

Ilustrasi Ayam Goreng Tepung. (Unsplash/Brian Chan)
Ilustrasi Ayam Goreng Tepung. (Unsplash/Brian Chan)

Dibalik kesuksesan d’BestO, siapa sangka jika brand ini lahir dari sebuah masa sulit yang diterpa oleh kedua pendirinya, drh. Evalinda Amir dan drh. Setyajid.

Keduanya telah membuka brand fried chicken dengan sistem gerobak sejak tahun 1994 dengan nama Kentuky Fried Chicken (KUFC).
 
Namun, pada tahun 1998 dan 2005, usaha yang dirintis menghadapi tantangan berat karena krisis moneter dan juga flu burung. Menolak untuk menyerah, drh. Evalinda dan drh. Setyajid menyiasati flu burung dengan kreatif.

Mereka menempel profilnya di setiap outlet agar konsumen percaya bahwa ayam yang mereka jual bebas dari flu burung.

Apalagi keduanya sama-sama memiliki latar belakang sebagai dokter hewan sehingga bisa memberikan edukasi kepada konsumen akan keamanan produk yang dijual.

2. Jeli Garap Segmen yang Belum Digarap Kompetitor

Baca Juga: 5 Resep Makanan Simple Cocok bagi Pemula: Tumis Kangkung hingga Ayam Goreng Mentega

Di Indonesia, ada banyak brand mancanegara yang menjadikan menu fried chicken sebagai hidangan utama. Ada pula pemain-pemain lokal independen dengan konsep gerobak yang juga bermain di sektor ini.

Meskipun begitu, ada sektor yang belum terjamah ketika restoran ini dimulai, yakni outlet fried chicken yang terjangkau dan bisa dinikmati berbagai kalangan, namun memiliki rasa yang lezat, konsisten, dan bersertifikasi MUI.

“Restoran fried chicken umumnya memiliki harga yang relatif tinggi. Sementara banyak brand dalam skala yang lebih kecil tidak memiliki standarisasi yang kuat sehingga membuat rasa yang berbeda-beda," ujar Wahyudi.

Lalu, dibuatkah restoran ini yang menyediakan produk fried chicken dengan rasa yang lezat, konsisten, terjangkau, dan dapat ditemukan dengan mudah,

“Intinya, produk yang kita jual pasti ada waktunya akan sama atau mirip dengan kompetitor. Namun, selalu ada jalan untuk menemukan celah yang bisa kita maksimalkan," ungkap Wahyu.

3. Inovasi dengan Memaksimalkan Sumber Daya

Pengusaha manapun pasti setuju, jika inovasi merupakan hal yang penting bagi keberlangsungan suatu bisnis. Namun, jika tidak dilakukan dengan hati-hati, fokus pada inovasi juga berpeluang membuat pengeluaran membengkak.

Untuk menyiasatinya, restoran yang punya ciri khas merah dan kuning ini memilih untuk fokus berinovasi dengan memaksimalkan bahan baku yang telah ada.

“Selain efisiensi, inovasi menggunakan bahan baku yang sudah ada juga memungkinkan kami untuk fokus pada keunggulan kami, yakni aneka produk fried chicken, burger, dan turunannya,” tutur Wahyu.

Agar konsumen tidak bosan, restoran selalu mengeluarkan menu baru setiap tiga-empat bulan sekali.

Yang terbaru, mereka mengeluarkan produk Ayam CLBK (Ayam Celup Bakar), ayam crispy yang melalui dua metode memasak, yakni digoreng lalu dibakar.

Ayam CLBK dilapisi dengan saus khas yang menghasilkan rasa yang unik, lezat, dan tak terlupakan.

4. Pemasaran Berdasarkan Data

Sejak pandemi, semakin banyak brand yang beralih ke layanan digital, baik layanan pembayaran digital yang sudah marak, maupun layanan pesan antar makanan.

Bagi restoran ini, ada dua keuntungan yang didapatkan dari adaptasi layanan digital.

Pertama, menstimulus konsumen untuk bertransaksi lebih banyak dengan ragam promo yang kerap diberikan. Kedua, memberikan keuntungan dari segi data yang lebih komprehensif.

“Kami melihat, penggunaan layanan pembayaran digital ShopeePay oleh masyarakat kini telah menjadi gaya hidup yang tak terpisahkan, bahkan di daerah-daerah yang tidak kami perkirakan," terang Wahyu.

Lewat transaksi digital ini, bisa dengan mudah dilihat dan dianalisis untuk dievaluasi beberapa hal yang perlu diperbaiki.

"Insight tersebut beserta current trend dan insight-insight lain yang tersebar secara luas di dunia maya juga memungkinkan kami untuk membuat program berlandaskan data sehingga lebih terukur, jelas, dan tepat sasaran,” kata Wahyu.

5. Mendapatkan Lebih dengan Memberi Lebih

Berdiri selama satu dekade, restoran ini selalu memegang teguh prinsipnya sebagai sebuah bisnis untuk dapat membawa manfaat bagi konsumen, pegawai, hingga masyarakat sekitar.

Ekspansi hingga ke beberapa kota, nyatanya membawa dampak signifikan dari segi sosial dan ekonomi.

Contohnya, sejak melebarkan sayapnya ke Sumatera Barat pada 2014 silam, restoran ini berangsur-angsur mengurangi tingkat pengangguran Kota Padang.

Roda perekonomian pun semakin berputar dengan seiring berkembangnya beberapa cabang.

“Salah satu upaya dalam berkontribusi secara sosial adalah dengan berbagi kepada pihak-pihak yang membutuhkan. Hal ini kami terapkan secara rutin melalui program bernama Jumat Berkah," tutup Wahyu. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI