Suara.com - Platform penerbitan digital akhir-akhir ini dikuasai oleh novel dengan cerita dewasa. Ketika membuka laman awal sebuah platform, setidaknya novel bermuatan cerita dewasa akan memenuhi setengah dari daftar novel yang tampil.
Hal tersebut memang berbanding lurus dengan minat pembaca yang semakin lama, menunjukkan ketertarikan yang lebih terhadap cerita dewasa.
Menurut survei yang dilakukan oleh Jakpat, ketika dihadapkan dengan sebuah pilihan untuk membaca antara dua kategori buku yang pertama terlihat dalam sebuah platform, novel dewasa atau genre adult dan novel teenlit, 71% orang akan memilih untuk membaca novel dewasa terlebih dahulu.
Lebih lanjut, 94% dari lebih dari 250 orang responden mengatakan bahwa mereka pernah membaca buku dengan label 18+. Dari hasil survei tersebut, terlihat bahwa novel dewasa memang lebih diminati saat ini.
Baca Juga: 5 Cara Membangun Kebiasaan Membaca Buku bagi Pemula
Uniknya, saat ini masih banyak yang menyalahartikan definisi novel dewasa. Banyak yang mengira, novel dewasa selalu mengandung adegan seks atau hanya yang berlabel 18+. Padahal, jika mau mengulik arti sebenarnya, novel dewasa adalah novel yang memuat konten atau materi cerita yang lebih kompleks dan hanya bisa dipahami oleh orang dewasa.
Karakter dalam ceritanya tidak selalu orang dewasa, bisa jadi anak kecil, tetapi biasanya hanya dapat dipahami maksudnya jika sudah masuk usia dewasa, dalam hal ini biasanya antara 18 – 35 tahun..
Perlu diakui bahwa novel yang mengandung cerita dewasa sangat digemari karena dirasa sangat dekat dengan kehidupan pembaca. Konflik-konflik yang tersaji akan mengingatkan pembaca dengan hal yang pernah dilalui, sedang dilalui, bahkan tak sedikit memberi gambaran ideal tentang kehidupan yang didambakan pembaca.
Menurut Co-Founder Cabaca, Fatimah Azzahrah, tidak ada salahnya jika pembaca lebih memilih untuk membaca cerita dewasa, karena pada dasarnya, kita dapat belajar dari jenis bacaan apa pun.
“Genre hanyalah pengelompokan untuk tahu pembaca mana yang akan disasar. Pemaknaan dan pembelajaran tetap balik lagi ke individu masing-masing,” ungkapnya, mengutip siaran pers yang diterima Suara.com.
Baca Juga: Sains Sebut Membaca Buku Dapat Membuat Otak Bekerja Lebih Baik
Menurut Fatimah, platform digital memang menawarkan kemudahan bagi pembaca untuk menentukan sendiri preferensi bacaannya secara privat. Pembaca tidak perlu merasa was-was akan mendapatkan pandangan buruk hanya karena membawa buku berlabel 18+ ke kasir. Toh, novel dewasa dengan label 18+ tidak selalu buruk. Banyak juga pelajaran yang bisa dipetik oleh pembaca.
Dengan adanya platform penerbitan digital, diharapkan pembaca bisa merasa lebih leluasa untuk memilih jenis/genre bacaan untuk mereka baca. Karena sejatinya, dengan membaca kita bisa mengetahui banyak hal. Meskipun begitu, pembaca di platform digital diharap untuk lebih bijak membaca buku sesuai dengan kategori usia, sehingga kita bisa mendapatkan lebih banyak manfaat yang dapat kita petik dari apa yang kita baca.