Suara.com - Istilah ghosting dalam hubungan romantis lawan jenis semakin populer belakangan ini. Ghosting adalah apa, sih, sebenarnya?
Apakah kamu pernah melakukan ghosting terhadap seseorang atau malah jadi korban ghosting? Banyak yang bilang ghosting itu sangat menyakitkan hati. Benarkah demikian?
Apa Itu Ghosting?
Dilansir dari Very Well Mind, Rabu (15/12/2021), ghosting adalah istilah relatif baru dalam aktivitas kencan yang merujuk pada pemutusan kontrak secara tiba-tiba dengan seseorang tanpa ada peringatan atau penjelasan apa pun. Bahkan saat 'korban' yang terkena ghosting dihantui usaha untuk memulai kembali berhubungan, si pelaku justru mendapat keheningan atau didiamkan.
Baca Juga: 4 Tanda Dia Bukan Sosok Pria yang Baik Untukmu, Awas Salah Pilih Pasangan
Seperti yang kamu ketahui dari definisinya, ghosting adalah saat seseorang pada dasarnya "menghilang" tiba-tiba seolah-olah mereka adalah hantu yang tak terlihat dan tak terjamah.
Ghosting memang populer pada hubungan asmara, namun secara teknis, ghosting dapat merujuk pada kondisi di mana kontak tiba-tiba putus, termasuk dalam persahabatan dan keluarga.
Bagaimana Sejarah Ghosting Muncul?
Kata 'ghosting' pada dasarnya meraih popularitas jauh sebelum tahun 2017, tepatnya pada era musik hip hop 1990-an. Seringkali, ghosting diartikan sebagai melarikan diri.
Menurut penulis dan budayawan pop, Bree Jenkins, ghosting adalah istilah yang digunakan untuk meninggalkan seseorang dan tidak memberikan informasi kontak apa pun. Asal usul ghosting yang lebih awal bahkan mencerminkan tindakan sederhana meninggalkan pesta atau pertemuan sosial tanpa pemberitahuan dan perpisahan.
Baca Juga: 4 Ciri Hubungan Asmara Kamu dan Pasangan Tak Akan Bertahan Lama, Segera Cek!
Dalam perkembangan zaman, mengapa istilah ghosting kian populer? Dengan semakin tingginya frekuensi kejadian ghosting dan lebih banyak orang berhubungan fenomena ghosting (pelaku/korban), istilah ini diadopsi secara luas. Hal itu terlebih dengan tren kencan online yang dilakukan orang modern masa kini, membuat orang mudah melakukan ghosting atau korban ghosting itu sendiri.
Apa Alasan Ghosting Dilakukan?
Pertama, ada beberapa orang yang merasa jauh lebih mudah untuk menghilang dari seseorang daripada memiliki perasaan canggung dan tidak nyaman dari hati ke hati atau terus memikirkan mengapa dia tidak tertarik dengan mempertahankan sebuah hubungan.
Orang yang melakukan ghosting umumnya menghindari konfrontasi atau berurusan dengan perasaan terluka orang lain. Jadi, mereka memilih memutuskan semua kontak dan komunikasi serta berharap tindakan ini menjadi petunjuk nyata untuk korbannya.
Apa Dampak yang Dialami Korban Ghosting (Ghosted)?
Ghosting sejujurnya sangat memberikan dampak nyata secara psikologis pada korban ghosting (ghosted). Ghosted akan merasakan kehilangan atau kesedihan yang begitu tiba-tiba. Kamu terkejut, menyangkal, lalu mungkin muncul pikiran ‘mungkin dia akan menghubungiku lagi’, kemudian justru marah sendiri dengan keadaan yang tak sesuai harapan.
Perasaan depresi juga bisa muncul bersamaan dengan perasaan rendah diri. Kamu akan berusaha memeriksa kembali hubungan dan percakapan terakhir untuk melihat kemungkinan adanya peringatan ghosting sebelumnya atau tidak.
Pada saat seperti itu, salah satu hal yang bisa dilakukan korban ghosting adalah memberikan pernyataan terakhir kepada si ghoster meskipun ia tak merespons. Misalnya, kamu bisa mengirimkan pesan berbunyi, "Aku sudah lama tidak mendengar kabarmu. Waktuku berharga dan aku tidak mau pintu ini terus terbuka tanpa arti."
Di sisi lain, ghosting sebenarnya juga merugikan bagi si pelaku. Intinya, ghosting adalah cara agresif pasif untuk mengakhiri suatu hubungan atau menjadi jalan keluar yang mudah. Cara ini tidak akan membantu ghoster dalam membina kembali komunikasi yang baik mereka dengan orang lain.
Kontributor : Yulia Kartika Dewi